Taman Nasional Mutis Timau
Taman Nasional Mutis Timau di NTT Kembali Dibuka, Simak Syarat Kunjungannya
Taman Nasional Mutis Timau di Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali dibuka untuk kunjungan wisata alam sejak 17 Maret 2025.
Penulis: Cristin Adal | Editor: Cristin Adal
Sementara itu untuk kunjungan wisata seperti berkemah, pengamatan hidupan liar, berfoto, tracking ke Hutan Bonsai, Padang Lelofui tidak memerlukan pendaftaran online atau booking.
Diketahui Taman Nasional Mutis Timau menjadi taman nasional keempat dan ke-56 taman nasional yang ada di Indonesia.
Kawasan hutan Taman Nasional Mutis Timau memiliki tipe vegetasi yang merupakan perwakilan hutan homogen dataran tinggi yang didominasi oleh jenis ampupu (Eucalyptus urophylla) yang tumbuh secara alami dalam luasan yang cukup besar.
Kawasan ini dengan ketinggian sekitar 2.500 meter dari permukaan laut merupakan daerah resapan udara bagi pulau Timor. Kondisi topografi dan fenomena alamnya yang sangat unik tersebut memiliki potensi sumber daya alam yang sangat tinggi terutama potensi jasa lingkungannya.
Kondisi Ekosistem
Sesuai dengan kondisi ekosistem, jenis flora yang terdapat di taman nasional di didominasi oleh jenis Ampupu/Hue ( Eucalyptus alba ), selain itu flora lain yang terdapat di Cagar Alam Gunung Mutis seperti: Bijama ( Elacocarpus petiolata ), Haubesi ( Olea panikulata ), Kakau/Cemara Gunung (Casuarina equisetifolia), Manuk Moto ( Decaspermum fruticosuni ) , Oben (Eugenia littorale), Salalu (Podocarpus rumphii), Natwon (Decaspermum glaucescens), Natbona ( Pittospermum timorensis), Kunbone (Asophylla glaucescens), Tune (Podocarpus imbricata), Natom (Daphniphylum glaucesceus), Kunkai-kote (Veecinium ef. varingifolium) , Tastasi (Vitex negundo), Manmana (Croton caudatus), Mismoto (Maesa latifolia), Kismoto (Toddalia asiatica), Pipsau (Harissonia perforata), Matoi (Omalanthus popuhlneu) dan aneka jenis paku-pakuan serta rumput-rumputan.
Sementara potensi fauna yang terdapat di Taman Nasional Mutis Timau secara umum merupakan fauna daratan seperti Mamalia, Reptilia, dan Aves, beberapa jenis fauna tersebut antara lain : Rusa Timor (Cervus timorensis), Kuskus (Phalanges orientalis), babi hutan (sus vitatus), Biawak Timor (Varanus salvator), Ul a r Sanca Timor (Phyton timorensis), A yam Hutan (Gallus galus), Punai timor ( Treron psittacea), Betet Timor (ApromictusJonguilaccus), Pergam Timor (Ducula cineracea), dan Perkici Dada Kuning (Trichogioses haematodus').
Baca juga: NTT Miliki Taman Nasional Terbanyak di Indonesia, Ini Lokasinya
Topografi
Pada umumnya keadaan topografi kelompok hutan Mutis adalah berat dengan relief berbukit sampai bergunung, keadaan lereng miring sampai curam bergelombang sampai bergunung dan sebagian besar wilayahnya mempunyai kemiringan 60 persen ke atas. Puncak tertinggi adalah Gunung Mutis dengan ketinggian 2.427 mdpl.
Secara geologis CA Mutis Timau pada umumnya memiliki formasi geologi yang hampir sama dengan wilayah lainnya di Pulau Timor, sebagian tersusun dari deret Sonebait dan sebagian kecil dari deret Kekneno. Batuan sekis hablur, batuan basah menengah, batuan basah, batuan pengendapan meogen dan paleogen. Jenis tanah yang terdapat di wilayah CA Mutis Timau terdiri atas tanah-tanah kompleks dengan bentuk pegunungan kompleks dan jenis tanah mediterium dengan bentuk pegunungan lipatan.
Gunung Mutis dan sekitarnya ermerupakan daerah terbasah di Pulau Timor, yang memiliki curah hujan tahunan yang cukup tinggi yakni rata-rata 2000 – 3000 mm jika dibandingkan di wilayah lainnya di Pulau Timor hanya berkisar 800 – 1000 mm/tahun. Lamanya bulan basah 7 bulan dengan frekuensi hujan terjadi pada bulan November sampai Juli dengan suhu berkisar 14 0 C – 29 0 C, dan pada kondisi ekstrem dapat turun sampai 9 0 C.
Angin kencang berkecapatan tinggi terjadi pada bulan Novenber sampai Maret. hujan yang turun hampir setiap bulan sepanjang tahun, memungkinkan kawasan CA Mutis Timau menjadi sumber air utama bagi 3 daerah aliran sungai (DAS) besar di Pulau Timor, yaitu Noelmina dan Noel Benanain di bagian selatan dan Noen Fail di bagian utara. Drainase aliran sungainya berpola dendritis (Noel Mina dan Noel Benain) sebagai akibat kompleksitas permukaan di bagian selatan dan pola paralel (Noel Fail) akibat kelerengan yang relatif seragam di bagian utara.
Aksesibilitas
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.