Surat Gembala Uskup Maumere
Bulan Pendidikan Nasional 2025: Uskup Maumere: Keluarga Katolik, Komunitas Pembelajar Utama
Jangan takut bila ada kisah-kisah gelap yang tersembunyi dalam keluarga sebab setiap kisah bisa diterangi oleh salib
Paus Fransiskus menulis tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak mempunyai orang tua yang sempurna, kita tidak menikah dengan orang yang sempurna, kita juga tidak memiliki anak yang sempurna. Kendati demikian, semua keluarga dipanggil untuk bertumbuh dalam kreativitas misioner dan tindakan-tindakan transformatif” (AL, 57).
Dalam pertumbuhan itulah, Allah hadir dan menyertai setiap langkah keluarga. Allah tidak menunggu kesempurnaan keluarga, sebaliknya, Allah berjalan bersama kita dalam kelelahan para orangtua, dalam tangis anak-anak, dalam suka dan duka keluarga-keluarga sebab kasih Allah tanpa batas (Bdk. Henry Nouwen, 2016).
Dalam kasih Allah itu, kita belajar menghargai keluarga bukan karena ia sempurna, tetapi
karena di sanalah awal kita belajar kehidupan dan kita menyelami kerahiman Allah sehingga tidak heran keluarga disebut sebagai Gereja rumah tangga (Ecclesia Domestica).
Keluarga Katolik: Gereja Rumah Tangga
Saudara-Saudari Terkasih......
Keluarga sebagai Gereja Rumah Tangga (Ecclesia Domestica) terungkap lewat tindakan-tindakan konkret seperti perkataan dan teladan orang tua yang menunjukkan identitas
Adapun proses itu dimulai ketika keluarga mulai menyusun pengalaman-pengalamannya menjadi ceritera pembelajaran yang bisa dialami dan dimaknai oleh setiap anggotanya. Dalam konteks ini, pembelajaran iman, kasih, dan pengharapan tidak dibatasi pada pendidikan formal, melainkan mencakup proses sosial, emosional, dan kognitif yang berlangsung melalui relasi sehari-hari dalam keluarga.
Misalnya, orang tua yang berdamai setelah berselisih; mereka bukan hanya mengembalikan keharmonisan keluarga, melainkan sedang membentuk hati anak untuk memaknai kasih dan pengampunan. Begitu halnya dengan anggota keluarga yang melihat orang tuanya berdoa rosario ataupun sekedar membuat tanda salib sebelum dan sesudah makan, sebelum tidur dan setelah bangun, maka hati mereka mulai mengalami dan memaknai iman dan doa yang setia.
Kisah kisah yang penuh makna seperti ini dapat menjadi wahyu kecil bahwa keluarga bukan sekadar tempat tinggal, melainkan komunitas iman yang hidup.
Dalam keluarga, kita tidak hanya membaca apa yang kurang dan menghitung luka, tetapi juga melihat apa yang baik dan menggembirakan dari keluarga kita sambil menafsir ulang relasi, pola komunikasi, dan kebiasaan sehari-hari agar menjadi simbol yang memiliki daya formasi.
Jangan takut bila ada kisah-kisah gelap yang tersembunyi dalam keluarga sebab setiap kisah bisa diterangi oleh salib Kristus.
Salib Kristus menunjukkan penderitaan Allah yang berakar dalam cinta yang personal, menebus, dan membebaskan dalam sejarah umat manusia (Jurgen Moltman, 2015). Karena itu, dalam Kristus, tidak ada kisah keluarga yang terlalu rusak untuk diperbaiki dan tidak ada ceritera keluarga yang terlalu gelap untuk diterangi oleh cahaya Injil. Hal ini menjadi dorongan bagi keluarga untuk bertumbuh tidak hanya secara sosial, tetapi juga secara spiritual dan moral sebagai Gereja Rumah Tangga (Ecclesia Domestica).
Keluarga Katolik: Komunitas Pembelajar Utama
Saudara-Saudari Terkasih........
Dalam Gereja Rumah Tangga, kisah-kisah keluarga yang telah dimaknai mesti menjelma dalam tindakan konkret. Orangtua dan anak-anak tidak hanya membaca dan memaknai kisah keluarga, tetapi juga menjadi pelaku transformasi kisahkisah keluarga tersebut agar semakin bermakna dari hari ke hari.
Lebih dari itu, sikap menerima, kasih, penghargaan, kepedulian terhadap setiap anak, perhatian dan pemenuhan kebutuhan jasmani, emosional, pendidikan dan spiritual adalah
ciri dasar dari keberadaan setiap keluarga (FC, 26). Dan dengan demikian, keluarga menjadi tempat di mana Injil tidak hanya diajarkan, tetapi dihidupi secara nyata. Keberadaan keluarga sebagai komunitas pembelajar mengalami pergeseran selaras dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi saat ini. Banyak orang tua meninggalkan peran mereka sebagai pendidik utama dan dengan demikian keluarga tidak lagi menjadi komunitas pembelajar nilai-nilai kehidupan.
Di tengah kesulitan dan tantangan dalam dunia pendidikan, orangtua harus penuh kepercayaan dan keberanian membina anak-anak mereka mengamalkan nilai-nilai hakiki kehidupan manusiawi. Anak anak harus dibesarkan dengan sikap bebas yang tepat terhadap harta-benda jasmani, diajak menjalani corak hidup yang ugahari tanpa kemanjaan, dan dengan kesadaran akan masa depan (FC, 37; GE art. 3).
Karena itu hendaknya orang tua juga mengetahui apa yang sedang dipelajari anak-anaknya di sekolah, buku-buku yang mereka baca, media sosial yang mereka gunakan, perilaku mereka di sekolah, siapa sahabat mereka, dan sebagainya. Sesibuk apa pun pekerjaan dan aktivitas orangtua, tugas dan tanggung jawab ini tidak bisa dialihkan kepada pihak sekolah dan masyarakat.
Surat Gembala Uskup Maumere
Tema Surat Gembala Uskup Maumere
Bulan Pendidikan Nasional 2025
Keluarga Katolik
Komunitas Pembelajar Utama
PBI FKIP UNIPA Gelar EDU'TEST, Semarakkan Hardiknas 2025 Melalui Perlombaan |
![]() |
---|
Surat Gembala Uskup Maumere Menyongsong Pilkada 27 November 2024 |
![]() |
---|
Surat Gembala Uskup Maumere Advent 2023, Gereja: Umat Allah yang Terlibat |
![]() |
---|
Surat Gembala Uskup Maumere Mgr. Edwaldus Martinus Sedu Menyambut Natal 25 Desember 2022 |
![]() |
---|
Surat Gembala Uskup Maumere, Menuju Komunitas Perjuangan, Merawat Kehidupan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.