Berita Flores Timur

Tukang Rumah Contoh untuk Korban Bencana di Flotim Mogok Kerja karena Tak Sepakat dengan Upah

Pengerjaan satu rumah contoh korban bencana alam di wilayah Waidoko, Kecamatan Titehena, Flores Timur, NTT, tak berlanjut karena tukang mogok.

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
MATERIAL- Material di lokasi pembangunan rumah contoh, Waidoko, Flores Timur, NTT, Rabu, 14 Mei 2025. Pengerjaan rumah contoh tak dilanjutkan lantaran tukang mogok kerja. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA- Pengerjaan satu unit rumah contoh untuk korban bencana alam di wilayah Waidoko, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, NTT, tak berlanjut lantaran tukang bangunan mogok karena tak sepakat dengan upah.

Tiga rumah contoh pertama masing-masing untuk dua pengungsi mandiri korban Gunung Lewotobi Laki-laki dan korban konflik sosial di Adonara. Satu titik dibangun di Waidoko, satu di Kota Larantuka, dan satu di Desa Bugalima, Kecamatan Adonara Barat.

Di Waidoko, tidak ada aktivitas pengerjaan oleh tukang yang disebut berasal dari Desa Nobo. Lokasi itu terdapat bekas galian fondasi.

Tak Sepakat dengan Upah

Usut punya usut, ternyata tukang mogok kerja karena tak sepakat dengan upah Rp 8.000.000, sementara sang tukang dituntut kerja 10 hari.

 

Baca juga: Rumah Contoh Penyintas Gunung Lewotobi dan Konflik Sosial di Adonara Mulai Dikerjakan

 

 

"Ini kan namanya kerja gila. Kasih upah sedikit, tapi dipaksa kerja. Uang Rp 8 juta terlalu murah tapi kami macam dipaksa kerja selama 10 hari saja ini," kata seseorang di rumah contoh. Dia meminta namanya dirahasiakan, Rabu (14/5/2025).

Mogok Kerja

Hal ini menjadi pemicu tukang mogok kerja. Mereka menuntut transparansi pembayaran uang. Pekerjaan tak akan dilanjutkan jika tidak ada sikap terbuka.

"Pasir dan batu sudah bongkar, tinggal kerja saja, tapi tukang sudah hentikan. Mereka tidak mau kerja lagi," ungkapnya.

Pantauan TRIBUNFLORES.COM, terdapat tiga tumpukan batu merah, satu tumpukan pasir, dan batu. Lubang fondasi sudah digalih. Ada beberapa pengungsi mandiri tampak mendirikan pondok di sekitar tempati itu. 

Kalak BPBD Flores Timur, Fredy Moat Aeng, dihubungi via sambungan telepon berada di luar jangkauan. Pesan whatsapp centang satu atau belum terkirim.

 

Baca juga: Tak Menyerah di Tengah Erupsi Lewotobi, Yois Tolok Bertahan dengan Usaha Bengkel Modifikasi

 

Sehari sebelumnya, Selasa, 14 Mei 2025 sore, Fredy memberikan pernyataan bahwa rumah contoh di tiga lokasi mulai dikerjakan sejak beberapa waktu lalu.

"Satu titik di Waidoko, satu di Larantuka, dan satu di Adonara," katanya kepada wartawan.

Menurut Fredy, rumah contoh berukuran 6×6 meter. Salah satu penyintas bencana asal Desa Klatanlo yang mengungsi mandiri di Larantuka, Emerensiana Labina, mendapatkan bantuan pertama melalui rumah contoh.

"Kalau di Bugalima (Adonara) itu ada 52 unit rumah, yang rumah contoh sedang dibangun tapi yang lain sedang dikerjakan fondasinya," katanya.

Keseriusan Pemerintah

Selain menunjukkan tipe rumah kepada publik, demikian Fredy, pengerjaan itu sebagai bentuk keseriusan pemerintah membantu para korban bencana.

Fredy menyadari penyiapan lahan untuk proyek relokasi ribuan warga desa di dua kecamatan paling terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki ke hunian tetap (huntap) belum final. 

Berulang kali lahan potensial yang ditunjuk Pemda Flores Timur selalu kandas lantaran muncul desas-desus penolakan. Paling terbaru lahan Hokablolo di Kecamatan Titehena yang sudah dibatalkan Pemda Flores Timur. (cbl)

Berita TribunFlores.Com Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved