Pemahat Patung di TTU

Kisah Pensiunan Guru PNS di Desa Oelneke TTU, Pilih Jadi Pematung, Raup Omzet Jutaan Rupiah 

"Setelah mimpi itu yang membuat saya yakin bahwa kalau orang lain bisa kenapa saya tidak bisa," ujarnya.

Editor: Nofri Fuka
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON 
Pose Pengrajin Patung di Desa Oelneke bernama Gregorius Mikel Soni dengan latar belakang patung kayu buah karya tangannya, Kamis, 29 Mei 2025 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon 

POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Kisah menarik dialami seorang pria di wilayah perbatasan RI-RDTL tepatnya di RT/RW 008/004, Desa Oelneke, Kecamatan Musi, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Seorang pria bernama Gregorius Mikel Soni mengalami sukses menekuni profesi sebagai pengrajin patung.

Pria berusia 60 tahun ini merupakan seorang pensiunan guru PNS. Ia memiliki seorang istri dan 4 orang anak. Setelah purna tugas, ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk membuat patung.

Ketika ditemui disela-sela kesibukannya, Kamis, 29 Mei 2025 Gregorius mengatakan, ia mulai tekun menggeluti dunia pengrajin patung sejak tahun 1990. Ia menekuni dunia pengrajin patung kayu dan semen ini secara otodidak.

 

Baca juga: Kisah Pilu Remaja Asal Malaka Ditahan di Malaysia, Diduga Bekerja Secara Ilegal

 

 

Gregorius mengisahkan, cikal bakal dirinya menekuni dunia pengrajin patung ini bermula ketika ia menuntaskan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 1989 lalu. Usai menuntaskan pendidikan tingkat SMA, ia mengakui bingung memulai dunia kerja.

Awal mula Gregorius tertarik untuk menjadi pengrajin patung ini ketika ia bermimpi selama 3 malam berturut-turut pada tahun 1990 lalu. Dalam mimpinya tersebut, Gregorius menemukan patung di dalam air.

"Setelah mimpi itu yang membuat saya yakin bahwa kalau orang lain bisa kenapa saya tidak bisa," ujarnya.

Ia kemudian memutuskan untuk membuat patung dari kayu berukuran kecil sebagaimana yang diambil di air dalam mimpi tersebut. Pada mulanya Gregorius sempat merasa ragu dan tidak mampu.

Meskipun demikian, dorongan dari dalam hati menyebabkan ia bertekad menuntaskan karya yang hadir dalam mimpi itu.

Menggunakan peralatan sederhana, Gregorius kemudian mulai membuat patung dituntun nurani dan pikirannya. Pada mulanya, ia membuat patung dengan menggunakan parang dan besi plat sebagai pengganti pahat untuk mengukir.

Seiring berjalannya waktu, ia kemudian mulai mengerjakan patung dengan peralatan yang lebih modern. Pada tahun ini genap 35 tahun ia terjun ke dunia tersebut.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved