Wisata Nagekeo

Mengenal Tinju Adat "Etu" di Nagekeo NTT, Petarung Tanpa Sarung Tinju tapi Pakai Kain Tenun

Etu, tinju adat di Nagekeo salah satu rangkaian acara adat masyarakat untuk memeringati hari menanam hingga panen kebun.

Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/HO-PARIWISATA NAGEKEO
DESTINASI WISATA BUDAYA- Etu, tinju adat di Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, NTT. 

TRIBUNFLORES.COM, MBAY-  Etu, tinju adat warisan budaya masyarakat adat di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali dilaksanakan pada 5 Juni 2025 di Kampung Adat Boawae.

Tinju adat ini biasanya dilakukan pada bulan tertentu yang telah ditentukan oleh tuat adat pada masing-masing kampung adat di Nagekeo. 

Atraksi budaya ini  salah satu rangkaian acara adat masyarakat untuk memeringati hari menanam hingga panen kebun.

Dilansir dari laman resmi pariwisata.nagekeokab.go.id menjelaskan, tradisi ini dilakukan turun temurun simbol pengorbanan dan kesuburan. 

 

Baca juga: Taman Wisata Alam Pulau Rusa di Alor NTT: Habitat Rusa Timor

 

 

Ritual ini bertujuan untuk mempererat persaudaraan, memupuk konsistensi, dan menghargai satu sama lain untuk membentuk karakter yang baik.

Etu biasanya dilaksanakan di tempat terbuka dan dihadiri oleh orang-orang dari berbagai kampung. Petarung biasanya berasal dari berbagai kampung dan memiliki usia serta kemampuan fisik yang sebanding. 

Ritual ini seringkali diikuti oleh anak muda yang mencari jati diri. Biasanya, seorang petarung, sebelum memulai ritual Etu, harus memohon pertolongan Tuhan dan leluhur.

Tinju adat ini sangat unik karena petarung tidak menggunkan sarung tinju maupun pengaman tinju biasanya. Namun, setiap petarung wajib mengenakan kain tenun setempat saat bertarung.

 

Baca juga: Pesona Indahnya Kampung Adat Kawa di Kaki Gunung Ebuloba dan Amagelu di Nagekeo NTT

 

Peralatan yang digunakan kedua petarung terbuat dari pintalan ijuk, sabut kelapa, ujung tanduk rusa serta tulang daun dari pohon aren. Kedua petarung wajib mengenakan kain tenun adat arena/loka etu sesuai masing- masing wilayah fungsionaris Adat.

Dalam arena tinju dipimpin oleh satu wasit sekaligus seka atau melerai serta Sike sebagai pengendali personal petinju atau memacu petinju maju menyerang atau mundur menghindari serangaa.

Ketika para petarun mengalami luka atau cedera kena pukulan tinju maka selesai bertinju para petarung diolesi ludah dalam sebuah ritual oleh tetua adat atau yang lebih dikenal dengan istilah Nete. Luka akan sembuh mengering dengan sendirinya.

Adapun jadwal pelaksanaan Etu biasanya berbeda-beda di beberapa tempat.  Ada 31 lokasi Etu atau arena tinju adat di Nagekeo.

Di Kampung Ngegedhawe, Desa Ngegedhawe misalnya terjadi di setiap tanggal 10 Juli, sementara Suku Nataia di Desa Olaia biasanya rutin melaksanakan ritual ini setiap tanggal 10 sampai dengan 13 Juli.

Kampung Adat Gero dan Desa Gerodhere terjadi tanggal 15 Juli, sementara itu tinju adat di Kampung Dhereisa biasanya dilaksanakan setiap tanggal 23 Juli. Sementara itu di Kampung wisata Kawa Etu dilaksanakan setiap tanggal 23 Agustus dan di Kampung Labo Etu digelar setiap tanggal 28 Agustus.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved