Berita Ende

Polisi Bersepeda di Bumi Rahim Pancasila,  Jalan Panjang Pengabdian Ipda Heru

Mendengar nama Ipda Heru Sutaban, bagi sebagian besar masyarakat Kabupaten Ende yang sudah mengenalnya pasti akan langsung mengarahkan pikirannya ke s

|
Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM/ALBERT AQUINALDO
IPDA HERU – Ipda Heru Sutaban, polisi bersepeda yang kini menjabat sebagai Kasubsi PIDM Sihumas Polres Ende yang sudah 20 tahun bertugas di bumi rahim Pancasila, Ende. 

“Penempatannya di NTT, NTT nya seperti apa juga saya ndak tahu, angkatan saya ini penyebarannya ke Ambon, Poso, NTT, NTB, Bali hanya sisa sedikit, justru kalau di Poso itu ada nenek saya yang transmigrasi kesana, saya sudah ada bayangan kalau di Poso, tapi berharapnya di Poso, dapatnya di NTT, nah inilah mungkin rencana Tuhan yang terbaiklah buat saya, saya jalani saja sampai sekarang,” cerita Ipda Heru mengenang masa awal ia bertugas sebagai anggota Polri.

Dari total 134 lulusan SPN Singaraja tahun 2005 yang ditempatkan di wilayah Polda NTT, 10 diantaranya termasuk Ipda Heru ditugaskan di Polres Ende. Hingga kini, tersisa 4 orang lulusan SPN Singaraja tahun 2005 yang masih bertugas di Polres Ende termasuk Ipda Heru Sutaban yang kini menjabat sebagai Kasi Humas Polres Ende.

Pertama kali menginjak kakinya di Ende di bumi rahim Pancasila, ayah tiga anak ini menjalani masa adaptasi sebagai anggota Polri muda yang ditugaskan jauh dari tanah kelahirannya di Bali. 

“Seiring berjalannya waktu, saya merasakan toleransi yang sangat tinggi disini, contoh kecil, orang sini bilang adat Wurumana, jadi kalau Muslim punya acara sunatan, saudara-saudara yang Nasrani datang kunjung, silaturahmi atau bantu-bantu, sebaliknya juga begitu, yang dari saudara Nasrani ada acara komuni pertama, yang bagian masaknya banyak yang Muslim atau bantu-bantu apa begitu, sehingga disini terlihat toleransi dan kerukunan antar umat beragama sangat tinggi, dan setelah berjalannya waktu, Ende ditetapkan sebagai Ende kota rahimnya Pancasila, tempat pengasingan Bung Karno, saya kagum dan jadinya bangga, saya tugas di tempat rahimnya Pancasila, jadi ada kebanggaan tersendiri,” kisah Ipda Heru bangga dan berapi-api.

Baca juga: Anggota Polsek Wolowaru, Ende, Bersihkan Material Longsor di Ruas Jalan Trans Flores NTT

Menghadapi paradigma masyarakat Kabupaten Ende pada saat itu masih menganggap Polisi sebagai sosok yang menakutkan merupakan bagian dari kenangan paling mengesankan sekaligus tantangan tersendiri dalam kisah panjang pengabadian suami Nur Haida di bumi rahim Pancasila selama kurang lebih 20 tahun.
 
“Saya biasa menghadapi kultur masyarakat di Bali kemudian ke NTT yang katanya kelihatannya saja keras orang-orangnya tapi hatinya baik, sehingga saya temui, masyarakatnya baik, ramah, apalagi kalau saya bersepeda itu selalu disapa, panggil Om Pol, Om Pol, kalau saya pakai seragam, kalau saya tidak pakai seragam, panggilnya mister…mister, dikiranya turis mancanegara,” ucap Ipda Heru sambil tertawa terbahak-bahak mengenang kejadian itu. 

Tugas pertama Ipda Heru pada tahun 2005 di Polres Ende menjadi anggota Sat Samapta yang mempunyai tugas pokok diantaranya pengaturan, penjagaan dan patroli. Pada tahun 2006, Ipda Heru dimutasi ke KP3 Udara di Bandara Haji Hasan Aroeboesman. Tak lama bertugas di KP3 Udara, Ipda Heru ditarik ke markas Polres Ende dan ditugaskan sebagai operator seksi keuangan kurang lebih selama empat tahun. 

Setelah lama bertugas sebagai operator keuangan, Ipda Heru dimutasi di Polsek Ndona selama kurang lebih dua tahun dan akhirnya di tugaskan ke Polsek Pulau Ende sebagai Kanit Binmas. Meski tempat tugasnya di Pulau Ende harus menyeberangi laut Sawu menggunakan kapal motor yang kerap menantang ganasnya ombak laut Selatan, Ipda Heru tak lupa membawa serta sepedanya. 

“Jadi masyarakat Pulau Ende itu tahu kalau polisi bersepeda itu saya, disana itu selain menjalankan tugas sebagai polisi, kita juga ingin berikan edukasi sekaligus mensosialisasikan sepeda olahraga dan saat bersepeda dan bertemu masyarakat itu enak, tegur sapanya, itu yang saya rasakan, beda kalau dengan motor, kalau angin lalu angin lalu saja tapi kalau bersepeda itu lebih berkesan untuk patroli dialogis sama masyarakat itu lebih humanis,” terang Ipda Heru yang sangat terinspirasi sosok Irjen Pol (Purn) Royke Lumowa, mantan Kepala Korps Lalu Lintas (Ka Korlantas) Polri yang juga kerap bersepeda ke kantornya. 

“Saya bersepeda itu memang sejak awal saya penempatan disini, saya usahakan ada sepeda, sepeda pertama itu sepeda saya yang di Bali saya bawa kesini, tapi sayangnya sepeda itu hilang dicuri orang, tapi saya ikhlaskan saja, mudah-mudahan hilangnya sepeda pertama saya itu bermanfaat dan ada hikmahnya, ya Alhamdulillah, Tuhan kasih jalan, berikutnya saya pesan sepeda lagi melalui teman komunitas di Jawa, dengan sepeda itu kita sering gunakan untuk operasional, kadang untuk pergi ke kantor, kalau sore ada waktu, saya olahraga pakai sepeda sambil sapa masyarakat,” kisah Ipda Heru yang gemar bersepeda sejak masih duduk di bangku SD di Bali ini. 

Selain menjalankan tugasnya sebagai anggota Polri, sosok Ipda Heru, polisi bersepeda yang berkarakter sederhana ini ternyata sudah banyak membantu warga yang terkena musibah baik dengan mengajak teman-teman komunitas sepeda di Ende maupun dengan merogoh kocek pribadi. 

Beberapa aksi kemanusiaan yang pernah dilakukan Ipda Heru diantaranya membantu biaya pengobatan seorang anak berusia 7 tahun di Kecamatan Ndona yang didiagnosa terkena penyakit hidrosefalus, membantu korban kebakaran dan masih banyak aksi kemanusian lainnya. 

Bukan hanya itu, dengan bersepeda, Ipda Heru Sutaban juga mau mendekatkan diri kepada masyarakat sekaligus mengkampanyekan isu lingkungan serta mempromosikan pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Ende tempat ia bertugas. 

Jika bersepeda dari rumahnya di bilangan Prof  Dr W.Z Yohanes ke Mapolres Ende, Ipda Heru Sutaban harus menempuh perjalanan kurang lebih 3 kilometer. Jika pulang pergi maka total jarak yang ditempuh Ipda Heru sepanjang 6 kilometer. 

“Dulu waktu saya masih Bhabinkamtibmas, desa binaan saya sampai di Kampung Brai di Nangaba, itu 10 kilometer dari Kota Ende jadi kalau pulang pergi 20 kilometer pakai sepeda, kadang kalau setiap hari pasar Nangaba setiap hari Sabtu, saya pakai sepeda dan lakukan pengaturan, penjagaan dan pengamanan di pasar supaya mencegah gangguan potensi Kamtibmas disana, kita hadir disana di tengah-tengah masyarakat untuk mencegah niat dan kesempatan,” tutur Ipda Heru yang akrab disapa Pak Haji oleh rekan kerjanya. 

Selama menjalankan tugas memakai sepeda, Ipda Heru mengaku banyak pengalaman menarik yang ia dapatkan diantaranya selalu disapa masyarakat hingga diberhentikan dan diajak ngopi bareng oleh masyarakat. 

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved