Berita Nasional
Siapkan Kader Berkulitas, Komisi Kerawam KWI Dorong Umat Katolik Masuk Sekolah Kedinasan
Komisi Kerawam KWI mendorong pelajar dari kalangan umat Katolik agar menempuh pendidikan pada sekolah dan perguruan tinggi kedinasan.
Keseluruhan, jumlah anak muda berusia 15 sampai dengan 24 tahun yang tergolong NEET ada 9,9 juta atau setara 22,25 persen dari 44,7 juta anak muda golongan Gen Z.
Anak muda yang paling banyak NEET berada di daerah perkotaan yakni sebanyak 5,2 juta orang dan 4,6 juta di perdesaan. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah anak muda yang tergolong NEET yakni perempuan mencapai 5,73 juta orang atau setara 26,54 persen dan laki-laki 4,17 juta orang atau 18,21 persen.
Ada banyak pilihan perguruan tinggi yang dikelola pemerintah menerapkan sistem kedinasan. Inilah daftar perguruan tinggi atau universitas ikatan dinas. Misalnya, Politeknik Keuangan Negara (PKN)/STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara), Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Universitas Pertahaan, Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN), Kademi Militer (Akmil) tiga mata, dan Akademi Kepolisian.
Kemudian, Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip) di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), Politeknik Imigrasi (Poltekim), Politeknik Transportasi Darat Indonesia (PTDI), Politeknik Perkeretaapian Indonesia (PPI), Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) di bawah Kemenhub, Politeknik Penerbangan Indonesia (PPI) asuhan Kemenhub, Politeknik Statistika STIS (Polstat STIS), Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG).
Baca juga: Personel Polres Ende Bersihkan Rumah Ibadah, Tokoh Agama: Bentuk Sinergi Polri dan Masyarakat
Di tempat serupa, Ketua Komisi Kerawam KWI sekaligus Uskup Agung Palembang Mgr Yohanes Harun Yuwono juga berbicara mengenai cara menciptakan kader-kader yang berkualitas. Mgr (Mosignor baca monsinyur) Harun kemudian bercerita hasil pengamatannya mengenai perilaku warga, saat berkunjung ke beberapa kota negara tetangga, Vietnam dan Korea.
“Saya baru pulang dari Vietnam. Secara umum, rambu lalu-lintas di perempatan jalan, seperti lampu merah, tidak berfungsi. Akibatnya lalu-lintas kacau. “Walaupun lalu-lintas kacau, warga tidak saling memaki. Lalu-lintas tidak tertata, tapi tidak ada teriakan-teriakan kasar, juga tidak ada semburan ludah dari seorang kepada warga lainnya. Saya juga dari Korea, tidak tampak pemandangan sampah berserakan,” ujar Mgr Harun, dalam kata sambutan tanpa membaca teks pidato.
“Saya tidak menemukan sampah berserakan. Tidak ada preman di mana-mana. Saya heran, negara yang baru saja merdeka, 1975, tapi mereka bisa menata keadaban publik dan masyarakat. Waktu saya tanya mengapa (perilaku) masyarakat baik, jawaban mereka, ‘Kami memang ada preman, tapi kami tertib. Daripada kami berurusan dengan pemerintah (keamanan)’?” kata Mgr Harun.
Kisah lain, warga Vietnam tampak jujur. Misal, Mgr Harun pernah mengalami, tas milik seseorang tertinggal di tempat umum. Kemudian, ia bersama teman, berniat mengamankan barang tersebut dengan menitip kepada aparat keamanan setempat.
“Lalu tour guide mengatakan, jangan khawatir. Tingalkan saja baangnya di situ (tidak perlu diselamatkan, Red), karena semua tempat diawasi CCTV. Benar juga, sekitar 40 menit kemudian, datang seorang ibu, mencari tasnya dan memang aman. Barangnya didapati. Tidak hilang dibawa orang,” katanya.
Baca juga: Satu Rumah Contoh untuk Tunanetra Korban Erupsi Lewotobi Rampung Dibangun
“Bagaimana di tempat kita? Jangankan 40 menit,lima 5 menit saja hilang. Rupanya di tempat kita lebih tidak, tidak aman di negara yang baru merdeka,” ujar Mgr Harun. “Di Korea, tidak ada sampah berserakan. Bus kota bersih. Tapi di tempat kita ini jauh mengerikan, bukan?. Hanya preman di jalanan yang kita saksikan di pinggir jalan, tapi juga preman berdasi,” kata Mgr Harun.
Pada pembukaan acara yang berlangsung di Gedung KWI Jalan Cut Mutia Jakarta, dibacakan teks Pancasila. Pembacaan teks Pancasila dipandu pengurus Vox Poin. Romo Hans, mengingatkan dasar negara Indonesia, Pancasila.
“Setiap ada acara Kerawam, selaku ada pembacaan Pancasila. Dalam hal protokoler, mungkin ini rasanya aneh. Tapi ini perlu karena Pancasila lah satu-satu, dasar negara yang sekaligua alat yang bisa mempersatukan kita bangsa yang sangat majemuk,” kata Romo Hans.
Komisi Kerasulan Awam KWI
Konferensi Waligereja Indonesia
awam katolik
sekolah kedinasan
TribunFlores.com
Unika Ruteng Perkuat Agritech Berbasis Kearifan Lokal untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan |
![]() |
---|
Paus Leo XIV Umumkan Kanonisasi Delapan Beato Tahun 2025, Ada Tiga Biarawati |
![]() |
---|
Cerita Penyandang Tunanetra di Flores Timur, Bermusik Pakai Insting Bukan Mata |
![]() |
---|
KWI Buka Puasa Bersama Shinta Nuriyah dan Anak-anak Yatim, Ini Pesan Kardinal Suharyo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.