Berita NTT
GG Mart Milik GMIT Resmi Dilaunching di Kupang, jadi Tempat Jual Beli Produk Lokal
GG Mart, tempat penjualan milik Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) resmi dilaunching. Tempat ini menjadi titik penjualan berbagai produk lokal yang
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - GG Mart, tempat penjualan milik Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) resmi dilaunching. Tempat ini menjadi titik penjualan berbagai produk lokal yang dihasilkan jemaat GMIT.
Gubernur NTT Melki Laka Lena, Kepala Bank Indonesia Kpw NTT Agus Sistyo Widjajati, Ketua Sinode GMIT, Pdt Samuel Pandie meresmikan outlet yang terletak di kantor Sinode GMIT, Kota Kupang, Kamis (26/6/2025).
Pdt Samuel Pandie mengatakan, terwujudnya GG Mart merupakan usaha bersama jemaat GMIT. Dia mengeklaim, berbagai produk yang dijual di GG Mart memiliki nilai gizi lebih tinggi.
Pdt Samuel Pandie dalam kesempatan itu menyampaikan produk lokal dari berbagai daerah di NTT seperti Amfoang di Kabupaten Kupang hingga Alor.
Baca juga: Polwan Polda NTT Dukung UMKM NTT
"Masih banyak produk herbal dan pangan lokal lainnya," Pdt Samuel Pandie menyampaikan berbagai produk seperti beras dari Semau, hingga olahan hasil laut oleh jemaat GMIT.
Dia mengatakan, mayoritas produk lokal NTT tidak kalah kualitasnya dengan produk ternama lainnya. GMIT ingin membawa produk lokal ini sebagai motor perubahan.
"GMIT bergerak bangun NTT untuk Indonesia Maju," katanya.
Dia menyebut, perjalanan GMIT untuk membawa produk lokal ke pasaran lebih maju, tidak terlepas dari campur tangan pihak lain, salah satunya Bank Indonesia dan Pemrograman Provinsi NTT.
Samuel Pandie mengatakan, dalam momentum itu sebagai simbol kedaulatan pangan, GMIT juga meluncurkan produk Garam Bumi Cendana.
Produk itu, kata dia, cukup diminati. Bahkan sebelum peluncuran sudah ada pemesanan dari berbagai gereja GMIT.
Baca juga: Ketua PN Maumere Lantik 6 Hakim, Simak Pesannya
"Produk beryodium tinggi dari tambak rakyat dan menjadi kebanggaan. Kalau garam ini jalan, saya yakin bahwa dimana kita melihat laut, disitu ada kehidupan," katanya.
Dia mengaku GMIT terbuka untuk semua kerja sama dengan berbagai pihak. Pdt Samuel Pandie menyebut, bila diberi kesempatan, GMIT bisa berkontribusi untuk menambah pendapatan asli daerah.
"Kami mau membuktikan bahwa gereja datang bukan untuk meminta. Itu konsep yang salah, kami mau datang dengan suatu keyakinan bahwa gereja bisa menjanjikan kehidupan. Kalau kita kerja sama, saya kira akan luar biasa," katanya.
Sementara itu, Gubernur NTT Melki Laka Lena mengaku ini adalah sesuatu yang baik. Dia baru menemukan langkah seperti ini di GMIT.
"Saya belum menemukan, untuk sampai membuat GG Mart ini. Lebih cepat GMIT punya," kata Gubernur NTT Melki Laka Lena dalam sambutannya.
Kondisi global saat ini membuat semua orang harus bersiap dan cepat membuat perubahan di berbagai daerah. UMKM, kata dia, adalah penjaga setia ekonomi daerah dan nasional. UMKM berkontribusi 60 persen dalam ekonomi nasional dan menyerap banyak orang.
UMKM perlu diperhatikan secara serius. Potensi yang ada di NTT kerap dibiarkan tetapi banyak dimanfaatkan orang lain di luar NTT. Salah satunya seperti madu.
Melki Laka Lena mengatakan, pernah bertemu dengan seorang pengusaha di Jakarta yang menjual produk madu Amfoang. Padahal, madu ini diproduksi dengan budaya dan memiliki nilai jual masih cukup rendah.
"Ini menunjukkan potensi NTT ini luar biasa. Sehingga kita mesti mendorong potensi lokal di NTT agar dia naik kelas," katanya.
Dia berkata, kalau sertifikasi halal yang disiapkan pemerintah memang cukup besar. Persoalannya bukan pada urusan agama, tetapi lebih kepada ekonomi.
Baca juga: Cristiano Ronaldo Hampir Perpanjang Kontrak Dengan Klub Arab Saudi Al-Nassr
Sehingga GMIT perlu masuk ke segmen itu. Karena di pasar ekonomi dunia, sertifikasi halal sangat berpengaruh pada pendapatan ekonomi.
"GMIT sudah memulai untuk membuat ekonomi jemaat. Satu gereja satu produk dan itu pasti bisa. Persoalan orang NTT itu, dia mau atau tidak. GG Mart menjadi jendela," ujarnya.
Dia menyarankan agar semua produk NTT bisa juga terhubung ke sektor digital. Karena, ia ingin semua produk yang ada di NTT harus menjadi tuan rumah di daerah sendiri. Sebab, seringkali produk lokal masuk ke supermarket ternama lainnya, sangat sulit karena punya standar berbeda.
Kalau memiliki outlet sendiri, maka produk lokal akan lebih memiliki nilai jual secara bebas. Tapi, tetap memegang aturan-aturan yang berlaku.
Dia juga berharap agar semua agama di NTT bisa melakukan hal yang sama. Apalagi, di tengah situasi sulit ini perlu gerakan bersama untuk membangun ekonomi umat. (fan)
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.