Pater Klaus Meninggal Dunia
Seribu Lilin dari OMK Paroki Kewapante untuk Pater Klaus SVD yang Telah Berpulang ke Pangkuan Bapa
"Dulu saat kami masih kecil, Opa Klaus sering memberikan kami permen," kenang Wakil Ketua OMK Paroki Kewapante
Penulis: Nofri Fuka | Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Seribu lilin bernyala di depan Gua Maria Paroki Reinha Rosari Kewapante, Keuskupan Maumere, 25 Juli 2025.
Seribu lilin itu diperuntukkan bagi Opa Klaus. Seorang pastor SVD asal Jerman yang kini telah pergi untuk selamanya menghadap Bapa di Surga.
Lilin yang dinyalakan oleh OMK Paroki Kewapante itu merupakan ungkapan cinta tiada tara atas kasih yang terberi dari seorang gembala umat bernama lengkap Pater Nikolaus Neumann SVD yang pernah mengabdikan separuh hidup dan pelayanannya di Paroki Kewapante.
"Dulu saat kami masih kecil, Opa Klaus sering memberikan kami permen," kenang Wakil Ketua OMK Paroki Kewapante, Theresia Revistha Naga di sela-sela aksi seribu lilin itu.
Baca juga: Pater Klaus di Mata Wens Wege Umat Maumere, Pastor Bombon dan Bola Kaki
"Kami sangat mencintai Opa Klaus," tambahnya.
Kehadiran Pater Klaus nampaknya meninggalkan cerita indah yang takkan pernah dilupakan oleh Umat Paroki Kewapante.
Pastor yang begitu lihai mengolah si kulit bundar ini sangat dicintai oleh umat Kewapante.
Maka tidak mengherankan, malam seribu lilin itu, menjadi malam penuh duka, ratapan dan tangisan.
Air mata umat Kewapante mengalir begitu deras membasahi bumi tempat dimana Opa Klaus pernah berpijak dan mewartakan Sabda Allah.
Air mata antara berpasrah pada yang kuasa dan mengutuk takdir yang tak pernah sejalan dengan keinginan manusia menjadi kenang yang tak ingin usai.
Air mata itu menandakan sebuah kerinduan dan kepasrahan pada Kehendak yang Kuasa.
Umat Kewapante mengenang kepergian Opa Klaus dengan menyalakan seribu lilin.
Ini bukan tentang seberapa banyak lilin dinyalakan tetapi, ini soal cinta yang tak pernah usai dari umat yang pernah pada Opa Klaus.
Malam seribu lilin menjadi persembahan terakhir sekaligus malam perpisahan antara umat Kewapante dan Alm Pater Klaus.
Tak hanya seribu lilin, tetapi doa yang tak pernah berhenti terucap pun terus dipanjatkan oleh Umat Kewapante mengiringi perjalanan jiwa Opa Klaus menuju pangkuan Bapa di Surga.
Ungkapan cinta lewat seribu lilin ini diinisiasi barisan orang muda Katolik Kewapante. Sebagai orang muda yang menghabiskan masa kecil sambil mengunyah Bombom pemberian Opa Klaus mereka ingin memberi ucapan terima kasih walau lewat cara yang sederhana.
Mereka ingin, doa dan cahaya lilin yang mereka nyalakan menerangi Opa tercinta mereka ke Pangkuan Bapa di surga.
Diakon Blas, O.Carm usai memimpin ibadat dalam aksi seribu lilin itu mengakui Umat Kewapante dan Serikat Sabda Allah kehilangan sosok imam yang sangat hebat.
Ia juga memberikan apresiasi kepada OMK Kewapante yang menginisiasi aksi seribu lilin itu sebagai sebuah sikap ucapan terima kasih yang luar biasa kepada Opa Klaus.
Diakon Blas berharap teladan hidup Pater Klaus tetap dihidupi oleh OMK Kewapante dan Umat Katolik Kewapante secara umum.
Untuk diketahui, Pater Klaus meninggal pada pada 24 Juli 2025 di Jerman, tanah kelahirannya.
Riwayat Hidup
Pater Klaus adalah Misionaris asal Jerman yang lahir pada tanggal 6 Desember 1948 di kota Theley, Distrik Sankt Wendel, Negara Bagian Saarland, Jerman.
Pater Klaus adalah anak dari pasangan ayah Bernama Josef Naumann dan Ibu Alwine Naumann.
Ia adalah anak sulung dan memiliki dua adik yakni Herman Naummann dan Maria Naumann.
Perjalanannya menjadi imam dimulai dari tahun 1954- 1962 menempuh pendidikan SD di Theley.
Tahun 1962-1967 pendidikan SMP disambung SMA di Ottweiter dan tahun 1967 - 1969 Pater Klaus masuk Novisiat SVD di Sankt Augustin.
Setelah itu, almarhum pada tahun 1969 – 1974 Pater Klaus menempuh pendidikan S1 di bidang Filsafat/Teologi di Sankt Augustin dan Mengikrarkan Kaul Kekal di Sankt Augustin tahun 1973.
Pater Klaus ditabhiskan meniadi imam SVD di Sankt Augustin 1974.
Setelah menjadi imam, pada 1974 – 1975 Pater Klaus mengambil Lisensiat bidang Misiologi di Sankt Augustin.
Berkarya di Indonesia Jadi Misionaris
Pada tanggal 20 September 1975 Pater Klaus tiba di Indonesia melalui Bandara Halim Perdana Kusuma.
Kemudian 4 tahun sejak 1975 – 1978 Pater Klaus mulai belajar bahasa sambil melayani umat di Paroki Benteng Jawa sebagai pastor rekan di Keuskupan Ruteng.
Tahun 1978 – 1981 Pater Klaus menjadi Pastor Paroki Benteng Jawa di Manggarai Timur.
Pater Klaus pada tahun 1982 – 1983 sakit malaria yang serius sehingga dia harus berhenti dari Pastor Paroki dan harus menjalani pengobatan intensif di RS Cancar dan RKZ Surabaya.
Kemudian usai sehat pada 1983 Pater Klaus pindah ke Paroki Kewapante menjabat sebagai Pastor Rekan sampai 1995.
Selanjutnya, 1995 – 2005 Pater Klaus menjabat sebagai Pastor Paroki Kewapante–Maumere
Pastor Pelatih Bola Kaki
Selain berkarya melayani umat di Keuskupan Maumere, Pater Klaus selama berkarya di Kewapante dikenal dalam bidang olahraga Sepak Bola sebagai pelatih dan konsultan teknis dalam permainan Sepak Bola.
Sejak tahun 2005 Pater Klaus purnabakti dari jabatan Pastor Paroki dan tetap melayani umat Paroki Kewapante.
Ia juga pada tahun 2006 – 2016 Pater Klaus menjabat sebagai Direktur CARINA (Caritas Indonesia) Keuskupan Maumere.
Berangkat ke Jerman
Pater Klaus saat di Maumere berangkatan ke Jerman untuk cuti setiap 4-5 tahun. Namun beberapa saat sebelum keberangkatannya untuk cuti, Pater Klaus mengalami kecelakaan kendaraan.
Kecelakaan ini kemudian ditangani di Denpasar–Bali, namun kondisinya tidak juga optimal pulihnya karena Pater Klaus juga memiliki komplikasi problem diabetes dan pernah mengalami stroke.
Selain itu, bertepatan dengan keberangkatanya ke Jerman untuk cuti, ia berobat di tanah airnya di Jerman.
Rencana cutinya yang akan berlangsung sampai bulan Desember 2025 akhirnya berakhir dengan kepergiannya karena sakit komplikasi yang dideritanya.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.