Rabies di NTT

Dokter Julita Mertha Yasa Ungkap Strategi Pengendalian Rabies di NTT

Rabies hingga kini masih menjadi salah satu ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT). Penyakit yang

Editor: Ricko Wawo
POSKUPANG.COM/YUAN LULAN
EDUKASI-Dokter Julita Mertha Yasa, Dosen Politeknik Pertanian Negeri Kupang sedang mengedukasi Masyarakat terkait rabies. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yuan Lulan

POS-KUPANG.COM, KUPANG – Rabies hingga kini masih menjadi salah satu ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT). Penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus ini dikenal mematikan, baik bagi hewan maupun manusia, dan hingga saat ini belum ada obat setelah gejala muncul.

Hal ini ditegaskan oleh drh. Julita Mertha Yasa, M.Sc, Dosen Politeknik Pertanian Negeri Kupang, dalam wawancara eksklusif bersama POS-KUPANG.COM, Rabu, 27 Agustus 2025.

Rabies: 100 Persen Mematikan, 100 Persen Bisa Dicegah

Menurut drh. Julita, rabies merupakan penyakit zoonosis yang menyerang sistem saraf pusat dan menular melalui gigitan atau air liur hewan terinfeksi, terutama anjing, kucing, kelelawar, maupun satwa liar lainnya.

“Setelah gejala muncul, rabies hampir selalu berakhir dengan kematian. Karena itu, satu-satunya cara adalah pencegahan melalui vaksinasi hewan dan penanganan cepat pasca gigitan pada manusia,” jelasnya.

 

Baca juga: Proyek 3,9 Miliar Rupiah RSUD Larantuka, Rekanan Diminta Kerja Sesuai Aturan

 

 

 

Ia menambahkan, tanda rabies pada hewan dapat dikenali melalui dua bentuk. Pada rabies ganas (furious form), hewan biasanya mendadak agresif, mudah menggigit, serta mengeluarkan air liur berlebihan. Sedangkan pada rabies tenang (paralytic form), hewan tampak lesu, mengalami kelumpuhan rahang, hingga berakhir dengan kematian.

“Untuk manusia, rabies berkembang bertahap. Awalnya mirip flu, lalu berlanjut ke gejala khas seperti sulit menelan, hidrofobia (takut air), aerofobia, hingga kelumpuhan total. Saat gejala ini muncul, nyawa hampir mustahil diselamatkan,” ungkap Julita.

Strategi Penanganan Rabies di NTT

Terkait langkah pemerintah, ia menilai penanganan rabies harus dilakukan secara komprehensif dengan pendekatan One Health, melibatkan kesehatan hewan, kesehatan manusia, dan lingkungan.

Adapun strategi yang perlu ditingkatkan, antara lain:

Vaksinasi massal anjing minimal 70 persen populasi setiap tahun dengan sistem door to door.

Surveilans gigitan dan respons cepat melalui pembentukan tim tanggap darurat rabies di setiap kabupaten/kota.

Layanan pasca-gigitan yang mudah diakses, lengkap dengan ketersediaan vaksin anti rabies (VAR) dan serum anti rabies (SAR).

Edukasi masyarakat secara konsisten dengan kampanye “Cuci Luka – Vaksin Segera – Laporkan.”

“Pemerintah memang sudah melakukan banyak upaya, tapi tetap perlu diperkuat, terutama pada aspek vaksinasi massal, surveilans cepat, serta komunikasi publik yang konsisten,” tegasnya.


Peran Masyarakat Sebagai Garda Terdepan

Drh. Julita menegaskan, masyarakat punya peran vital dalam pengendalian rabies. Pemilik hewan wajib memastikan anjing dan kucing divaksin secara rutin, diberi tanda pengenal, serta tidak dibiarkan berkeliaran bebas.

Selain itu, setiap kasus gigitan harus segera ditangani dengan mencuci luka minimal 15 menit menggunakan sabun dan air mengalir, lalu segera menuju fasilitas kesehatan untuk mendapatkan VAR maupun SAR.

“Jangan sembunyikan hewan yang diduga rabies. Laporkan ke aparat desa atau dinas terkait agar bisa diobservasi. Rabies hanya bisa ditekan kalau masyarakat ikut ambil bagian,” katanya.

Menuju Eliminasi Rabies 2030

Sebagai penutup, drh. Julita memberikan pesan khusus kepada pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat.

Pemerintah diminta konsisten dalam alokasi anggaran, memperluas vaksinasi, dan memperkuat koordinasi lintas sektor.

Tenaga medis diminta sigap dalam pelayanan pasca gigitan, aktif melakukan surveilans, dan menjadi agen edukasi masyarakat.

Masyarakat diingatkan agar disiplin menjaga hewan peliharaan, tidak mengandalkan pengobatan tradisional pasca gigitan, serta bersama-sama mengurangi populasi anjing liar secara humanis.

“Rabies memang mematikan, tetapi bisa dicegah seratus persen. Jika kita semua bergerak bersama, eliminasi rabies di NTT pada 2030 sesuai target Zero by 30 bukan hal yang mustahil,” pungkasnya.(Uan)

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved