Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Faujia Yanto (60) warga Kota Maumere Kabupaten Sikka merupakan korban gempa dan tsunami di Flores, NTT, 12 Desember 1992 silam.
Mama Faujia begitu ia akrab disapa menyebutkan gempa dan tsunami melanda Flores tepat pukul 12.00 Wita.
Masih terekam dengan jelas dalam ingatan tragedi tahun 92 itu, sebuah peristiwa yang mengubah peradaban hidup orang Maumere.
Baca juga: Satgas Covid 19 Sikka Pulangkan 3 Penyintas
Warga asal Waioti ini mengisahkan, semua begitu cepat. Kisah yang tak akan dilupakan.
"Waktu itu panas terik, cuaca yang menimbulkan gerah, suasana yang tak baik-baik saja, saya pergi melayat di tetangga yang meninggal,"ungkap Faujia Yanto saat ditemui TribunFlores.com, Sabtu 19 Maret 2022.
Ia dan anggota keluarga waktu itu terpisah, suami bekerja di Boru, Kabupaten Flores Timur, ia dan anak-anak berdiam di rumah.
Sebelum kejadian ia saat itu beada di rumah duka. Faujia tengah bercakap-cakap dengan tetangga. Sesekali mereka bercanda gurau. Momen unik yang terjadi waktu itu adalah seekor kupu-kupu hinggap di patung salib.
"Pas kupu-kupu hinggap di patung salib, sontak saya bilang ke teman saya namanya Jawa, mama Jawa kayaknya ada pertanda tidak baik, kupu-kupu hinggap di Salib ini, mama Jawa hanya menjawab dengan nada ketus, tidak mungkinlah," ujar Faujia.
Baca juga: Renungan Lintas Budaya Hari Ini, Allah Sabar dan Penyayang bagi Semua Orang
Bak gayung bersambut, kurang lebih lima menit kemudian, goncangan hebat terjadi, dengan bunyi gemuruh yang terjadi dimana-mana, menurut Faujia, goncangan tersebut seperti sebuah ayunan.
"Pas gempa itu ngeri sekali, rasanya kita seperti di ayunan, dan diedok-edok, bahkan orang yang hebat larinya tak akan bisa berlari waktu itu," tuturnya.
Faujia hanya bisa merayap, memegangi tanah, mencari tempat terbaik untuk berlindung, ketakutan yang sangat luar biasa ia alami, dan kejadian tersebut untuknya sangat menakutkan.
Upaya untuk menyelamatkan diri (setelah goncangan gempa mereda) Faujia berlari ke Bandara Waioti, tanpa ada persiapan, sebab kejadian itu berlangsung secara beruntun yakni sehabis gempa tsunami melanda.
Faujia hanya dapat menyelamatkan ijazah milik suami dan anaknya, sedangkan barang yang lain tak sempat terselamatkan.