Berita Nasional

Sosok Ini Nilai Koalisi Golkar-PAN-PPP Tak Cocok

Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PAN, Golkar dan PPP Bangun Koalisi Bersatu, Kamis (12/5/2022)

TRIBUNFLORES.COM - Pengamat Politik UNS Agus Riwanto menanggapi kemunculan koalisi politik di Indonesia jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Agus mengatakan bahwa koalisi politik yang terbentuk di Indonesia adalah koalisi cair dan tidak ada yang mapan.

Karena koalisi yang terbentuk di Indonesia basisnya hanya untuk mencari kuasa bukan berbasis ideologi.

Agus pun menilai bahwa koalisi dengan mekanisme tersebut tidak akan bertahan lama.

Baca juga: Kemenkes Sebut Empat Pasien Gejala Hepatitis Akut Sembuh

 

Pasalnya koalisi tersebut dibentuk hanya untuk mencapai kemenangan saja.

"Koalisi Indonesia kan koalisi yang sangat unik ya, karena merupakan koalisi yang basisnya mencari kuasa bukan berbasis ideologi. Nah mekanisme koalisi yang semacam itu, adalah koalisi yang tidak bertahan lama."

"Jadi hanya untuk mencapai kemenangan. Itu sebabnya menurut saya, koalisi yang akan dibangun di Indonesia itu dalam Pilpres adalah koalisi yang sangat cair, tidak dalam konteks koalisi yang ideologi itu," kata Agus dalam Program Panggung Demokrasi yang ditayangkan di kanal YouTube Tribunnews.com, Rabu (18/5/2022).

Lebih lanjut Agus pun mengomentari munculnya Koalisi Indonesia Bersatu yang dibentuk oleh Partai Golkar, PAN, dan PPP.

Baca juga: Tak Terima Diputus Pacar, Polisi di Sikka Diduga Aniaya Seorang Wanita di Kafe

Agus menilai Koalisi Indonesia Bersatu ini tidaklah cocok, karena ketiga partai di dalamnya memiliki basis atau latar belakang yang berbeda.

Misalnya Golkar dengan basis nasionalisnya, PAN dengan basis Muhammadiyah urban yang biasanya diikuti oleh masyarakat kota.

Serta PPP yang berbasis NU yang mayoritas pengikutnya adalah orang desa.

"Misalnya koalisi yang sudah terbentuk antara Golkar, PAN, PPP ya. Dia menyebut sebagai Koalisi Indonesia Bersatu, itu enggak cocok juga."

"Golkar itu nasionalis, PAN itu basisnya Muhammadiyah urban, masyarakat kota, PPP itu NU, kebanyakan orang desa. Jadi enggak nyambung, basisnya sangat cair, bukan basisnya ideologi," terang Agus.

Tokoh Jadi Kunci Pilpres, Bukan Partai

Halaman
123