Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM, LEWOLEBA-Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika (BMKG) dalam dua hari (2 dan 3 Juni 2022) merilis laporan potensi multi ancaman bencana dan anomali iklim yang bisa memicu munculnya aneka risiko bencana.
Hingga Rabu malam, gemuruh aktivitas vulkanik Ile Lewotolok masih terdengar jelas dari Kota Lewoleba, Ibu Kota Kabupaten Lembata. Hujan intensitas sedang juga masih terus turun hingga menjelang pagi, hari Kamis 9 Juni 2022.
PVMBG Kementerian ESDM dalam surat Nomor 1.Lap/GL.05/BGV/2022 tanggal 2 Juni 2022 merilis sejumlah info penting perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Api (GA) Ile Lewotolok.
PVMBG menyebutkan telah terjadi peningkatan tekanan dan suplai magma, sehingga terjadi erupsi efusif disertai lelehan lava. Akibatnya, daya tampung kawah sudah dipenuhi endapan abu vulkanik dan bekuan magma. Lelehan guguran lava sudah mencapai 1.500 meter dari puncak dan mengarah ke timur.
Baca juga: BPK Temukan Waktu Kerja ASN di Lembata, Masuk Telat Pulang Rumah Lebih Awal
Informasi ini disampaikan oleh Ketua Harian Forum Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Lembata, Andris Koban, Rabu malam, 8 Juni 2022.
Sesuai peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Api Ile Lewotolok, terdapat alir aliran sungai dari puncak yang mengarahk ke Desa Jontona, Desa Lamaau, Desa Baolaliduli dan Desa Lamatokan. Jika aktivitas erupsi meningkat, alir ini berpotensi jadi alir aliran lava, lahar dingin atau abu panas.
Sementara BMKG Stasiun Meteorologi El Tari Kupang, dalam rilis cuaca tanggal 3 Juni 2022 menyebutkan, Kabupaten Lembata berpotensi terdampak hujan ringan sedang namun disertai angin kencang dan petir akibat munculnya Anomali Siklonik di Samudra Hindia.
BMKG mengingatkan untuk waspadai potensi cuaca ekstrim yang bisa memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan Sambaran petir.
Baca juga: Terdakwa Korupsi Pembangunan Kantor Camat Buyasuri Lembata Terima Hukuman 1,8 Tahun Penjara
Berdasarkan informasi dari PVMBG dan BMKG, Andris Koban menyebutkan, jika iklim ektrim memicu hujan lebat di kawasan puncak GA Ile Lewotolok, maka ada potensi terjadinya banjir lahar dingin di Desa Jontona, Desa Lamaau, Desa Lamatokan dan Desa Baolaliduli.
Hampir dipastikan, jika perpaduan tingginya aktivitas vulkanik Ile Lewotolok dan cuaca ekstrim akibat anomali siklonik di Samudera Hindia semakin menguat di wilayah Lembata khususnya seputar lereng Ile Lewotolok, maka Lembata berpotensi mengalami sejumlah ancaman bencana. Banjir lahar atau banjir bandang akan menjadi akumulasi yang akan sangat merusak.
Forum PRB Lembata mengimbau para kepala desa pada KRB Erupsi Ile Lewotolok, untuk segera membangun rantai komando kesiapsiagaan desa dari level RT.
“Harus segera diaktifkan rantai komando kesiapsiagaan bencana di desa mulai dari RT. Dan itu terkoneksi, terikat kita dengan rantai komando kesiapsiagaan di Kecamatan dan Kabupaten, Informasi Peringatan Dini Desa, Kewaspadaan dan Sistem Kedaruratan Desa” urai Andris Koban.