Ia juga menyebutkan Kementerian PUPR akan ikut membantu karena selain sebagai PLTAL tetapi juga dimanfaatkan sebagai jembatan.
"Proyek ini mendanai diri sendiri untuk mendapatkan listrik dan masyarakat mendapatkan jembatan," kata Latif.
Andre Koreh yang adalah penggagas proyek ini mengaku proyek ini sebesar 225 juta US ditanggung FMO yaitu pemberi dana dari Belanda yang pada 2020 memang terhambat.
Baca juga: Momen Penjabat Bupati Flores Timur Kunjungi Warga di Pulau Solor
"Proyek ini energi terbarukan dan lebih murah dari energi fosil yang digunakan oleh teman-teman PLN yang disoalkan adalah bagaimana bisa disetujui PLN untuk dikerjakan oleh Tidal Bridge," tukasnya.
Ia menerangkan Jembatan Palmerah dengan PLTAL ini dapat menghasilkan listrik 300 MW dengan pemasangan awal 100 MW.
"Tapi persoalan itu di PLN karena kalau PLN tidak membeli listrik ini setelah ada," tukasnya.
Pemerintah Indonesia hanya mengeluarkan biaya pada study awal Rp 9 miliar yang mana dari Tilda Bridge dilakukan feasibility study lagi.
"Dari feasibility study sebenarnya sudah layak," tandasnya.