Berita Sikka

Kampung Garam Makin Sempit, Romanus Desak Pemkab Sikka Bangun Tanggul

Editor: Laus Markus Goti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PEGIAT LINGKUNGAN HIDUP. Romanus Koda (72) pegiat lingkungan hidup yang mendedikasikan dirinya menanam pohon bakau di pesisir Kampung Garam Wolomarang sejak tahun 1995.

Laporan Reporter TRIBUN FLORES.COM, Kristin Adal

TRIBUN FLORES.COM, MAUMERE - Sejak tahun 1992 daratan di Kampung Garam, Kabupaten Sikka,  perlahan - lahan mulai sempit akibat abrasi yang terus melanda.

Pegiat lingkungan hidup, Romanus Koda (72) mendesak Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka membangun tanggul penahan air laut di pesisir Kampung Garam Wolomarang.

Romanus Koda warga Kampung Garam, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat ini memang sangat serius memberi perhatian pada kelestarian dan keberlanjutan lingkungan, termasuk di Kampung Garam

Dia bahkan pernah menerima penghargaan tertinggi pengelolaan lingkungan (Kalpataru) untuk kategori penyelamat lingkungan pada tahun 2008.

Baca juga: Mengenal Kampung Garam, Warisan Leluhur di Flores NTT

 

Romanus kala itu melakukan pembibitan dan penanaman kurang lebih 50 ribu anakan pohon bakau seluas 30 hektar di pesisir Kampung Garam Wolomarang.

Penanaman kembali pohon bakau dilakukannya setelah gempa tektonik dan gelombang tsunami memporak porandakan wilayah pesisir Maumere tahun 1992.

Pria paru baya ini tak menampik semenjak bencana alam 1992 itu Kampung Garam Wolomarang mulai kehilangan daratannya.

" Sebelum bencana tahun 1992 daratan pesisir Kampung Garam Wolomarang masih luas. Bisa digunakan untuk bermain bola kaki, " tutur Romanus Koda kepada Tribun Flores. Com, Senin, Oktober 2022 saat ditemui di rumahnya, Kampung Garam Wolomarang.

Baca juga: Abdul Malik Jarang Keluar Rumah di Kampung Garam, Tetangga Cium Bau Menyengat

 

Romanus terpanggil untuk memulihkan kembali lingkungan dengan menanam pohon bakau di pesisir Kampung Garam Wolomarang sejak tahun 1995. Ia berjibaku bersama istrinya mencari bibit pohon bakau di Magepanda dan Nangahale.

Penanaman baku ini dilakukannya setelah bencana 1992 untuk menahan abrasi pantai dan air laut masuk ke pemukiman warga.

Menurutnya, penanaman pohon bakau menambah lahan pantai. Usahanya itu membuahkan hasil hutan bakau tumbuh subur hingga kini. Ia mengungkapkan keberadaan pohon bakau memiliki peran ekologis memfilter dari pengaruh laut maupun dari darat dan mencegah terjadinya intrusi air laut ke darat.

Namun pada sepuluh tahun terakhir setiap air laut pasang bisa menggenangi rumah-rumah warga. Bahkan kebun kelapa miliknya sudah tak berbekas lagi. Turab yang ia bangun seadaanya hanya mampu bertahan untuk waktu yang tidak begitu lama.

Baca juga: Anak Kampung Garam Menyukai Program Belajar Mandiri

Halaman
12