Berita NTT

PAPDI NTT Bilang Alat Pendukung Kesehatan di NTT Masih Minim

Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BERI PENJELASAN - Ketua PAPDI NTT, dr. Heri Sutrisno saat memberikan penjelasan. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI) mengeluh masih minim alat pendukung kesehatan di NTT.

TRIBUNFLORES.COM, KUPANG - Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI) mengeluh masih minim alat pendukung kesehatan di NTT.

Kurangnya peralatan itu menyebabkan pasien dari NTT seringkali harus berobat keluar daerah.

Akibatnya banyak biaya yang mesti dikeluarkan oleh pasien untuk mendapat pelayanan dengan peralatan yang tersedia.

Ketua PAPDI NTT, dr. Heri Sutrisno, Jumat 2 Desember 2022 menaruh harapan ke pemerintah agar bisa membantu penyediaan alat agar para dokter spesialis khususnya, bisa bekerja maksimal.

Baca juga: Situasi Kamtibmas Selalu Kondusif, Kapolsek Nangapanda Sampaikan Terima Kasih kepada Masyarakat

 

"Sehingga pasien kita itu bisa tertangani semua disini (NTT) karena ada alat yang ada," sebutnya.

Ia mengklaim saat ini jumlah sumberdaya sudah sangat tersedia. PAPDI sendiri bahkan memiliki lima dokter konsultan yang siap bekerja. Keberadaan dokter konsultan itu akan menjadi tidak optimal bila tidak ditunjang dengan peralatan yang memadai.

Rumah sakit seperti RSUD Prof Johanes Kupang saat ini juga masih tipe B. Sehingga peralatan juga masih belum dilengkapi semua. Untuk memiliki peralatan yang lengkap maka rumah sakit harus bergerak ke tipe A.

Selaku ketua PAPDI NTT, dr. Heri mengaku terus mendorong jajaran direksi rumah sakit Prof Johanes agar sama-sama meningkatkan tipe rumah sakit pemerintah itu. Dengan begitu maka standar peralatan juga akan mulai dilengkapi.

Minimal, kata dia, melengkapi peralatan dengan menyesuaikan ketersediaan sumberdaya yang ada.

"Saran saya mungkin bisa dilihat pasien penyakit apa yang paling banyak dirujuk karena ketidakmampuan alat, kita petakan maka mari kita benahi," katanya.

Baca juga: Truk dan Sepeda Motor Bersenggolan, Aparat Polres Sikka: Karena Bak Truk Tersangkut Kabel

Sisi lain, dr. Heri juga menyayangkan jika pasien harus terus melakukan pemeriksaan keluar negeri atau daerah lain, maka devisa ataupun keuangan justru akan mengalir keluar. Hal ini akan merugikan NTT, dan Indonesia umumnya.

Ia memperkirakan lebih dari 100 triliun uang dari orang Indonesia itu keluar negeri hanya untuk berobat. Pasien ingin mendapat pelayanan dengan peralatan yang sebaik mungkin. Sementara kualitas dokter diluar negeri, baginya sama dengan dokter di Indonesia.

"Bahkan kalau mau ditelusuri sebagian dokter dari luar negeri, misalnya di Malaysia, mereka itu sekolahnya di Indonesia kemudian mereka pulang," kata dr. Heri.

Diluar negeri, sebut dia, rumah sakit dibuat layaknya tempat liburan. Akhirnya pasien akan merasa nyaman dan menikmati untuk berobat. Menurutnya, PAPDI NTT ingin agar sumberdaya yang dimiliki ini agar bisa dimanfaatkan dengan dukungan alat medis yang tercukupi. (Pos Kupang.Com).

Berita NTT