Saran lain yakni melakukan penanaman dengan jenis tanaman dan pola tertentu. Selain itu bisa juga membuat terasering agar menjadikan tempat itu bisa lebih rata atau minimal landai.
Hal itu, baginya agar lokasinya tidak curam sehingga ketika terisi air dengan volume banyak kerawanan longsor bisa diminimalisir. Herry menyebut apa yang dia sarankan merupakan mitigasi struktural yang sejauh ini belum dibuat optimal pada titik rawan longsor.
Baca juga: Sempat Dibuka, Jalur Longsor Takari Kupang Ditutup Sementara, Ini Penjelasan Thomas Setiabudi Aden
Ia mengakui juga bahwa memang sudah ada beberapa tempat setelah Takari telah dibuat mitigasi struktural. Seperti di daerah tanjung dekat area longsoran, Herry menyebut ada batuan beku yang kuat dan keras sehingga bisa menahan longsor.
Adapun upaya non struktural, sebut dia, dengan melakukan identifikasi lereng yang rentan gerak. Setelah analisis lapangan, kemudian dibuatkan peta dan disampaikan ke masyarakat maupun pengguna jalan di kawasan tersebut.
Paling tidak ada peringatan dan pencegahan sebelum bencana. Sehingga kesan bahwa pengurangan risiko bisa terlaksana. Seringkali orang datang ketika bencana atau kejadian utu sudah terjadi.
Sisi lain, warga juga perlu memahami situasi bilamana hujan deras lebih dari dua jam ataupun hujan ringan dan sedang yang berlangsung dengan durasi lama. Sebaiknya ada evakuasi mandiri oleh masyarakat dari daerah rawan bencana.
Baca juga: Jenazah Pekerja Migran Asal Malaka yang Meninggal di Malaysia Tiba di Kupang
Dia menegaskan kembali tentang peta sebaran rawan longsor agar diinformasikan ke masyarakat, di samping menjadi acuan bagi pemerintah atau pihak terkait dalam upaya pencegahan.
Ia juga menilai jalan alternatif yang kini sedang disiapkan bukan merupakan jalan yang akan digunakan dalam waktu lama. Karena, kebijakan itu semata untuk memperlancar arus lalu lintas.
Herry tidak ingin hanya akan memindahkan masalah. Maka, perlu perhatian secara mendetail tentang jalur alternatif tersebut. *
Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News