TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Dipercaya membawakan khotbah dalam misa peresmian kampus baru IFTK Ledalero sekaligus dies natalis ke 54 IFTK Ledalero, Provinsial SVD Ende, Pater Lukas Jua, SVD memberikan koreksi yang mengejutkan banyak pihak.
Koreksi yang disampaikan Pater Lukas Jua terkait dengan pemasangan baliho bertuliskan Dies Natalis IFTK Ledalero ke 54. Yang menurutnya, tulisan itu tidak sesuai dengan fakta sejarah lahirnya IFTK Ledalero hingga bertumbuh dan berkembang mencapai titik ini.
Pater Lukas Jua SVD menggarisbawahi kata Dies Natalis. Dalam pandangannya, kata itu harus diganti dengan Dies Recognitionis yang berarti hari pengakuan bukan dies natalis atau hari lahir.
"Pertama saya perlu koreksi ini, IFTK, dalam Undangan di Baliho ditulis; Dies Natalis ke 54, itu berarti dihitung dari 1969. itu bukan dies natalis tapi dies recognitionis, hari pengakuan oleh pemerintah pada lembaga yang sudah ada sekian lama ini, adalah lembaga yang memenuhi persyaratan pemerintah untuk disebut sekolah tinggi tapi substansi, kurikulum, metode mengajar, pembentukan karakter, semua itu hanya lanjutkan dari yang sudah lebih dahulu. Karena itu, mulai hari ini tidak boleh lagi menghitung 54 tahun," tuturnya.
Baca juga: Ribuan Umat Sambut Para Imam dan Tamu pada Misa Peresmian Kampus - Dies Natalis IFTK Ledalero ke 54
Pater Lukas Jua melihat bahwa hari ini sebenarnya bukan perayaan tentang sebuah kelahiran melainkan hari pengakuan negara atas kehadiran IFTK Ledalero yang sudah sangat lama berdiri dan eksis di tanah ini. Maka ia menegaskan bahwa hari ini perhitungan usia 54 tahun dilarang jika melihat fakta sejarah bahwa IFTK Ledalero telah ada semenjak tahun 1932 silam.
Meski demikian, ia juga tak melarang bahwa usia 54 tahun IFTK Ledalero tetap dihitung, namun bukan berdasarkan hari lahirnya IFTK Ledalero melainkan hari pengakuan negara terhadap keberadaan IFTK Ledalero. Lebih tepatnya, 54 tahun pengakuan republik ini terhadap kehadiran IFTK Ledalero.
"Kita boleh menghitung 54 tahun, tapi 54 tahun pengakuan Republik ini. Lembaga filsafat ini sebagai perguruan tinggi tertua di Idonesia Timur dia berdiri tahun 1932. Tahun akademik pertama dimulai bulan Agustus dan itu dijalankan di Mataloko yang sekarang kemah Tabor itu. Mahasiswa pertama 7 orang. dan di antara mahasiswa pertama, yang menjadi alumni yang terkenal adalah Mgr. Gabriel Manek dan Pater Karel Kale Bale. yang lebih terkenal sebenarnya Mgr. Gabriel Manek karena kemudian dipilih sebagai wakil rakyat Indonesia Timur dan untuk RIS karena negara Indonesia Serikat saat itu," jelasnya.
Dalam kaitan dengan pengakuan IFTK Ledalero, Pater Lukas Jua mencontohkan bahwa, sama halnya dengan hari Lahir Negara Republik Indonesia. Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia atau kelahiran Indonesia pada 17 Agustus 1945 namun Belanda baru mengakuinya pada tahun 1949.
Baca juga: Pimpinan SVD di Roma dan Provinsial SVD Ende Dukung Penuh IFTK Ledalero Berkontribusi Secara Luas
"Indonesia lahir sebagai Republik 17 Agustus 1945 tapi Belanda mengakui 1949 dalam konferensi meja Bundar dan kita tidak terima pengakuan itu. dan kita tetap merayakan 1945. Mengapa IFTK merayakan 1969? tidak!! mulai sekarang tidak! ini dies natalis ke 91 IFTK Ledalero. lembaga Filsafat dan lagi 9 tahun 1 abad. Karena itu IFTK menyiapkan rencana strategis yang melampaui 100 tahun yang benar dan pimpinan yayasan akan menunggu ini," tegasnya.
Pater Lukas melihat bahwa pernyataan ini sesuai dengan fakta sejarah yang telah ada. Dan fakta sejarah yang telah tercipta tak dapat diabaikan begitu saja sehingga pada pernyataannya ia menegaskan bahwa mulai saat ini dies natalis IFTK Ledalero yang ke 91 bukan 54.
Adapun dibalik semuanya itu Pater Lukas Jua mengakui bahwa semua yang telah ada terangkup dalam kerangka Kerajaan Allah.
"Di balik ini semua Tuhan yang bekerja. Tuhan allah yang menggerakkan. Tuhan Allah yang menggerakkan Pater Kornelis, dosen pertama yang mengajar Filsafat pertama di Mataloko dengan standar Belanda dan Jerman. Dengan buku pegangan yang sama di Jerman dan di Belanda. sehingga tamatan dari sini mau ambil pasca sarjana S2 dan S3 tidak ada uji ulang, langsung saja karena diakui oleh luar negeri. Pengakuan dari dalam negeri itu akhir sekali. Itu hanya kita mau tamatan kita bisa bekerja di sini, kalau tidak kita tidak perlu sebenarnya. Karena diakui di luar negeri itu lebih penting untuk kita dan kita mengirim misionari 500an lebih kan di seluruh dunia. Jadi ini kebanggan lembaga ini yang mengutus alumni-alumni diantara mereka itu misionaris baik SVD, Karmel dan lainnya. Tuhan yang menggerakkan mereka," ungkapnya.
"Karena konteks awal abad 20, Eropa menganggap lemah orang asia, Afrika dan Amerika Latin. hanya Amerika Serikat, Kanada dan Eropa itu yang berkebudayaan tinggi yang bisa menjadi imam. Tapi Pater Kornelis dan Regional berani mengambil keputusan. Tanpa persetujuan Roma mereka mulai kuliah Filsafat 1932, kemudian diakui Roma dan pemerintah pada 1969," tambahnya.
Maka dari itu, Hari ini, kata Pater Lukas, semua orang patut bersyukur kepada Tuhan karena dia telah memberi inspirasi kepada misionaris perintis. "Karena Dia telah memberi keberanian untuk memberi keputusan melawan kontaks zaman yang menganggap rendah orang kita. Apalagi konteks NTT yang terpencil, 1925 baru jalan flores tembus itupun buruk," tandasnya.
Pater Lukas mengakui itu semua karena Allah, "itu karena Tuhan mari kita bersyukur kepada Tuhan kepada Misionaris perintis karena apa yang kita buat hari ini adalah lanjutan. Lanjutan natural. Sesudah tamat dari Matal," katanya mengajak semua umat yang hadir untuk bersyukur.