Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG-Kenaikan harga gabah menjadi penyebab beras Bulog seharga Rp 9.950 per kilogram sempat tidak muncul di pasaran Provinsi NTT.
Manager Operasional dan Pelayanan Publik (OPP) Bulog NTT, Faizal dihubungi beberapa waktu lalu mengatakan harga Pembelian Pemerintah (HPP) bagi Bulog Rp 5.000 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP).
"Setelah terkonversi menjadi beras maka akan dijual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 9.950 itu," kata dia.
Sedangkan harga pasar belakangan ada pada harga terendahnya Rp 6.000. Bulog sesuai ketentuan HPP tidak bisa mengambil gabah dengan harga seperti itu untuk dijual kembali ke masyarakat.
Baca juga: Mabes Polri Bantu Dua Kapal Patroli ke Polda NTT, Ditempatkan di Labuan Bajo dan Rote Ndao
"Kemarin-kemarin memang tidak masuk Bulog. Karena harga gabahnya mahal, tidak cocok dengan harga ambil atau HPP-nya Bulog," tukas Faizal.
Saat harga gabah mahal di daerah penghasil beras, lanjut dia, harga pasar di NTT juga akan mengikutinya.
"Harga tersebut diikuti oleh petani di NTT terlepas dari besaran perhitungan biaya produksi," ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa fenomena ini yang menyebabkan harga beras yang harusnya tertinggi di kisaran Rp 11 ribu namun terus naik. Akhirnya, kata dia, harga beras di pasar belakangan ada yang mencapai Rp 14 ribu karena didatangkan dari luar NTT.
Baca juga: Polisi Bekuk 4 Warga yang Sedang Berjudi Kartu di Kupang NTT
Harga beras yang dikirim dari Pulau Jawa sampai ke NTT biasanya mendekati harga Rp 11 ribu.
Ia i menampik kelangkaan beras terjadi di NTT. Sebab stok beras sangat tersedia, namun stoknya di pasar adalah stok dari gabah yang harganya mahal.
Diharapkan di awal April ini saat panen harganya betul-betul sudah turun karena panen baru. Bila Bulog melakukan pengadaan setelah panen nantinya di Pulau Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (NTB) maka harga dasarnya akan turun juga.
Ia menambahkan harga gabah yang tinggi menguntungkan petani atau juga pedagang namun masyarakat sebagai pembeli akan terdampak. Penyerapan beras yang dilakukan Bulog sendiri dari panen di seluruh Indonesia kurang lebih hanya 10 persennya. Para pedagang atau distributor terlebih dahulu membelinya dari petani setelah panen dengan kualitas yang tinggi.
Baca juga: Empat Klub Mendaftar di Turnamen Ema Gadi Djou Memorial Festival Soccer Bank NTT Cup
Pasar tersebut memang lebih menguntungkan petani dan secara ekonomi dan bisnis memang hal ini tidak bisa dihalangi.