Dilansir dari laman kemendikbud.go.id, Kampung Todo termasuk salah satu kampung adat tertua di Manggarai, berada di kaki gunung anak ranaka.
Tempat ini diyakini sebagai pusat pemerintahan kerajaan Manggarai pada masa lalu dan sebagai tempat berasalnya raja Manggarai pertama. Akses jalan memasuki kampung ini berupa susunan batu yang tertata rapi mengelilingi halaman kampung.
Baca juga: Tempat Wisata Air Terjun Tiwu Mage Sikka, Nikmati Alam Super Natural
Jalan tersebut juga merupakan akses untuk menuju ke Niang Mbowang (Bangunan Induk). Sebelum memasuki halaman kampung terdapat lima buah meriam yang berjejer pada bagian depannya, diperkirakan meriam tersebut merupakan meriam Belanda.
Selanjutnya, memasuki halaman kampung yang terletak di central terdapat compang (tempat persembahan) berbentuk persegi empat yang terletak dalam satu garis lurus dengan akses jalan untuk memasuki kampung todo. Pada bagian atas compang tersebut terdapat delapan buah makam yang merupakan tokoh-tokoh adat terdahulu (keturunan langsung dari raja) di kampung todo dan sebuah menhir (batu tegak) dengan motif kedok muka, serta tujuh buah menhir yang terletak di halaman kampung.
Sementara, pada sisi utara compang terdapat sebuah makam yang merupakan makam dari Dalu Todo (jabatan setingkat dibawah raja) dengan nisan yang berbentuk salib dan menhir. Ciri khas kampung Todo adalah Niang Todo yakni sebuah rumah adat yang menyerupai rumah panggung dengan bentuk bundar, serta beratap ijuk berbentuk kerucut yang diketahui merupakan istana raja Todo terdahulu.
Rumah adat ini hampir sama seperti rumah adat Manggarai pada umumnya, beratapkan ijuk yang berbentuk kerucut dengan rangka kayu dan bambu, jika kerucut dibuka maka kerangkanya akan menggambarkan sebuah jaring laba-laba.
Rumah adat todo ini diketahui merupakan rumah adat tertua di Kabupaten Manggarai. Selain bangunan rumah adat induk tersebut juga terdapat empat buah bangunan rumah adat lainnya yang menyerupai bangunan induk, hanya saja dengan ukuran yang lebih kecil.
Keempat bangunan tersebut merupakan bangunan rumah adat yang baru dibangun untuk melengkapi keberadaan bangunan Induk. Dua buah rumah adat terletak di sisi timur bangunan induk yakni Niang Rato dan Niang Lodok serta dua buah rumah adat di sisi barat bangunan induk yakni Niang Wa/Keka dan Niang Teruk. Sementara pada sisi depan bangunan induk yang lurus dengan compang terdapat bangunan Waruga atau tempat untuk musyawarah (Giri Prayoga dkk, 2019: 15-17).
Baca juga: Wisata Flores, Menikmati Air Terjun Cunca Por di Satarmese Barat Manggarai Flores
Masyarakat kampung Todo sebagian besar bermata pencarian sebagai petani/berladang dan sebagai abdi negara di pemerintahan baik di daerah maupun pusat. Pertanian yang paling dominan di Kampung Adat Todo yaitu kopi khas manggarai, penili, cengkeh dan lain-lain.
3. Kampung Adat Wologai
Kampung adat Wologai berada di Kecamatan Detusoko, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Kampung Wologai menyimpan tradisi yang tak kalah menarik dan usianya sudah lebih dari 800 tahun.
Melewati jalan-jalan berliku karena Kampung Wologai berada di lembah dan dikelilingi perbukitan. Kurang lebih 37 kilometer jarak dari Kota Ende menuju Kampung Adat Wologai.
Rumah adat di Kampung Wologai memiliki kekhasannya sendiri dalam arsitektur bangunan. Bentuk rumahnya kerucut dengan tata letak bangunan melingkar dan bertingkat-tingkat.
4. Kampung Adat Wolojita
Ada Kampung adat Wolojita yang berada di Kabupaten Ende. Masyarakat setempat memiliki tradisi unik. Menjadikan tetua adatnya (sudah meninggal) sebagai mumi. Selain itu, jenazah masyarakat setempat disimpan di atas pohon.