Kekuasaan politis dimaui dan diperebutkan oleh banyak orang karena memungkinkan seseorang memaksakan kebijakan yang dikehendakinya kepada warga yang lain.
Tidak hanya mendapat fasilitas, orang yang berkuasa akan dihormati dan dipatuhi.
Di alam demokrasi, kekuasaan politis diamanahkan oleh rakyat demi kepentingan rakyat sehingga perlu ada mekanisme kontrol agar kekuasaan tidak menjadi sewenang-wenang. Legitimasi kekuasaan datang dari rakyat.
Hari ini, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mempertanyakan kuasa Yesus: dengan kuasa apa dan siapa yang memberikan kuasa kepada Yesus untuk mengajar dan menyembuhkan orang?
Kuasa Yesus bukanlah kuasa politis, melainkan kuasa moral dan spiritual. Kekuasaan-Nya tidak datang dari manusia, tetapi dari Allah sendiri dan dipertanggungjawabkan kepada Allah.
Yesus datang bukan untuk mengubah undang-undang dan kebijakan publik, melainkan untuk mewartakan hukum dan kebijaksanaan Allah.
Kuasa Yesus bukanlah kuasa untuk menundukkan dan mendominasi, melainkan kuasa untuk mengabdi dan melayani agar orang makin mengenal dan mengasihi Allah.
Dalam perspektif ini, yang kelihatan lemah dan kalah di mata manusia, bisa kuat dan menang di mata Allah. Dalam arti ini, Santo Karolus Lwanga dan kawan-kawan bukan korban, melainkan pemenang.
Ya Allah, ajarlah kami agar selalu berani mengandalkan kuat kuasa-Mu dalam hidup ini.
Semoga para pemimpin kami tidak menggunakan kekuasaan secara sewenang-wenang demi kepentingan pribadi dan kelompok mereka sendiri. Amin. (Sumber Adiutami.Com).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News