TRIBUNFLORES.COM, MBAY - Kabupaten Nagekeo di Nusa Tenggara Timur menyimpan pesona alam yang menakjubkan karena memiliki tempat wisata yang unik dan menarik.
Satu diantara tempat wisata yang kini disenangi pengunjung yaitu Kampung Pajoreja di Desa Ululoga, Kecamatan Mauponggo.
Kampung Pajoreja dinilai sangat strategis karena letaknya persis di kaki gunung berapi Ebulobo. Banyak wisatawan domestik hingga wisatawan asing berwisata kesana.
Tak hanya menyimpan pesona alam yang indah dan asri, Pajoreja memiliki sebuah tempat wudhu alami.
Baca juga: Wisata Flores, Berkunjung ke Mangrove Magepanda Healing Sambil Berburu Foto di Sikka, NTT
Wudhu alami itu berusia sekitar ratusan tahun. Kini tempat itu dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata sejarah religius.
Kampung Pajoreja memiliki 900 lebih jiwa dengan matapencaharian rata-rata sebagai petani dan peternak.
Semua penduduk di Pajoreja diketahui memeluk agama katolik. Uniknya meskipun penduduknya beragama katolik tapi memiliki satu tempat wudhu alami.
Tempat wudhu ini terletak persis di bawah sebuah pohon besar. Warga menyebutnya ae wudhu. Di sampingnya terdapat sebuah batu berbentuk persegi setinggi sekitar 90 sentimeter yang dinamakan watu noa atau batu tempat sholat.
Ae wudhu dan watu noa ini disiapkan nenek moyang laki-laki kampung Pajoreja untuk istrinya yang berasal dari kampung Tonggokabupaten Nagekeo yang beragama Islam, tempat ini pun digunakan sebagai tempat sholat waktu itu.
Kini pemerintah Desa Ululoga menghidupkan kembali sejarah religius itu dengan menjadikan tempat itu sebagai salah satu destinasi wisata religius.
Baca juga: Wisata Flores, Eksotisnya Pasir Putih dan Panorama Pantai Nanga Rawa Manggarai Timur
Kepala Desa Ululoga, Petrus Leko menyebutkan setiap tahunnya umat muslim dari kampung tetangga selalu datang berziarah di tempat ini bahkan para wisatawan selalu diajak melihat tempat ini.
"Ini peninggalan leluhur kami yang bernama Ebu Boka Oma. Beliu perempuan dari Tonggo yang dipersunting oleh Ebu kami namanya Ebu Boni Pu'u berkisar sekitar tahun 1700 an. Waktu itu masyarakat Pajoreja itu belum beragama dan ketika mama tua datang dia meminta kepada suaminya untuk membuatkan sumur untuk bisa dapatkan air untuk Wudhu sebelum Sholat, karena memang beliu beragam Muslim,"ujar Petrus dikutip dari Youtube KompasTv, Jumat 10 November 2023.
Kata dia, meski mayoritas penduduk desa Ululoga beragama Katolik tempat ini selalu dijaga keasliannya.
Warga pun tetap merawat tempat ini sebagai sebuah kekayaan religius yang dijadikan sebagai simbol toleransi antarumat beragama.