Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
TRIBUNFLORES.COM, KUPANG - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kupang Margiono, S.Si mengungkapkan, wilayah Pulau Flores saat ini memiliki dua sumber gempa.
Sementara untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sendiri memiliki delapan jalur pemicu gempa.
Dalam Podcast Pos Kupang Kamis, 04/01/2024 bertema "NTT Sering Dilanda Gempa, Mengapa?" Margiono menjelaskan, dua sumber gempa Flores itu adalah sesar naik Flores (Back Arc Thrust) yang menyebabkan gempa dengan kekuatan dahsyat pada tanggal 12 Desember 1992.
Sumber yang satunya lagi adalah sesar yang baru ditemukan setelah gempa tanggal 14 Desember 2021, yakni sesar Kalaotoa yang membentang dari pesisir Utara Flores hingga Sulawesi.
Baca juga: Kilas Balik 30 Tahun Gempa Flores, Prof Yoyong Harap Unipa Buat Peta Kerentanan Tsunami di Sikka
Berikut lanjutan cuplikan wawancara eksklusif bersama host Manager Online Pos Kupang, Alfons Nedabang.
Data pertama yang dikeluarkan BMKG itu tingkat akurasinya belum 100 persen ya?
Iya artinya kita memang sudah mendekati, cuma, seperti statistik saja, makin banyak data yang kita pakai makin bagus karena sensornya itu sebetulnya kayak yang masuk baru 16 waktu dianalisa, malahan itu lebih, masih banyak sensor-sensor lain yang mengirim data tapi kita dituntut agar tiga sampai lima menit harus segera menampilkan laporan kepada masyarakat, kepada pemerintah dan yang lain. Kalau kita menunggu semua masuk kan bisa sepuluh menit, lima belas menit makanya biasanya itu kita analisa dulu, kita kirim makanya update gempanya itu diatas sepuluh sampai lima belas menit.
Kedepannya mungkin pemerintah minta harus lebih cepat lagi, misalnya dulu kita tiga sampai lima menit nanti mintanya tiga sampai empat menit lagi, itu kan perlu peralatan yang makin banyak.
Sudah beberapa kali gempa terjadi dan mengguncang Kupang dan muncul kepanikan. Bagaimana biar masyarakat tidak semakin panik?
Intinya yang pertama, masyarakat harus tahu bahwa jika suatu tempat pernah terjadi gempa maka daerah tersebut akan mengalami gempa lagi. Kapan terjadinya kita tidak tahu. Kita harus sadar bahwa kita memang hidup di atas tempatnya gempa, jadi masyarakat tidak perlu panik. Yang kedua, jika merasakan goncangan, segeralah lari ke tempat yang lebih aman, ke tempat terbuka, karena kita tidak tahu bahwa gempa itu besar atau kecil atau menengah. Mungkin selama ini kita merasakan bahwa gempanya seperti ini saja. Ini bukannya menakut-nakuti tapi memang karena kita hidup di daerah yang pernah mengalami guncangan gempa, rawan gempa, berarti kita siap apapun risikonya.
Sekarang kan kita sudah tahu bahwa kita tinggal di daerah gempa jadi sewaktu-waktu kalau terjadi goncangan lebih baik segera ke lokasi yang lebih aman. Menyelamatkan diri pertama ke daerah yang terbuka, tidak boleh yang sebelahnya ada tiang listrik, ada menara, pohon, tanah yang mudah longsor, bangunan dan lain-lain. Kalau lapang tanahnya juga kita lihat apakah tanah yang kita pijak untuk kita melakukan evakuasi pertama itu mudah longsor atau tidak? Apakah tempat itu dekat tebing atau tidak, takutnya kita lari ke situ tiba-tiba gempa besar longsor lagi itu tebing.
Yang kedua, kita kenal dulu lokasi tempat kita bekerja, misalnya kerja di ruangan, lokasi evakuasi jalur-jalurnya ke mana, lewat mana, kemudian tempat-tempat untuk mengungsi sementara di mana. Kalau kita di rumah punya barang-barang yang berat jangan taruh di atas lemari karena ketika digoyang (gempa) akan jatuh menimpa kita.
Barang-barang yang digantung kita kencangkan, lemari-lemari yang mudah goyang kita ikat ke tembok sehingga waktu goyang tidak rubuh. Jangan lupa cari informasi dari instansi yang diberikan tugas untuk memberikan informasi tentang gempa bumi dan tsunami, BMKG.
BMKG punya tugas juga ya untuk mengedukasi masyarakat agar lebih sadar?
Ya intinya pertama tugas kita memberikan informasi di bidang MKG (Meteorologi, Klimatologi, Geofisika). Kalau saya di bidang Geofisika artinya di bidang gempa bumi, tsunami dan petir, magnet bumi dan lain-lain. Untuk saat ini kita baru memberikan informasi gempa bumi, kalau tsunami kita memberikan peringatan dini tsunami. Inshallah kedepannya setelah kita terbangun semua, BMKG sekarang lagi mengembangkan suatu sistem seperti di Jepang, dari peringatan dini gempa bumi, EEWS (Earthquake Early Warning System), jadi sebelum terjadi gempa beberapa detik sudah diberikan informasi, itu inshallah kita sedang kembangkan, sudah terbukti waktu kemarin gempa di sukabumi, alat EEWS kami sudah berbunyi. Jadi masih kita kembangkan di daerah Jawa. Di Jepang sudah pakai sistem handphone kalau ada gempa handphonenya berbunyi "earthquake, earthquake" gitu.
Apakah benar Kota Kupang itu jarang terjadi gempa atau menjadi pusat gempa karena banyak batu karang di bawah tanah?
Tidak benar. Beberapa tahun lalu juga sering terjadi gempa tapi memang ada gempa yang menimbulkan goncangan hingga kerusakan terutama di Kabupaten Kupang kemarin jadi kalau setiap hari pasti ada gempanya. Memang tidak terlalu besar cuma saat ini saja agak besar mungkin energi yang dilepaskan oleh pergerakan lempeng sehingga menimbulkan patahan pada sesar-sesar tersebut menimbulkan gempa.
Kalau karang menjamin bangunan agak kuat karena tanahnya tidak labil sehingga bangunan tetap kokoh. Sebagian saya lihat kerusakan di wilayah Kabupaten Kupang pada saat gempa kemarin, hampir sebagian besar di daerah yang tanahnya labil. Yang kedua, struktur bangunannya tidak kuat atau komponen bangunannya tidak bagus sehingga mengalami kerusakan. Tapi hampir sebagian besar bangunan di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang ini yang masih kuat, tahan gempa karena struktur batuannya batuan karang di lokasi.
Di NTT sendiri kekuatan apakah kekuatan gempanya bisa seperti di Jepang atau seperti tahun 92 di Flores?
Kalau di daerah Flores kemungkinan bisa. Kalau di Kupang ini sejarahnya belum ada gempa diatas 7 (Skala Richter) di Pulau Timor tapi untuk wilayah Flores yang pernah terjadi gempa tanggal 12 Desember 1992 itu kan pernah terjadi gempa dengan kekuatan 7 keatas, menimbulkan tsunami bisa kemungkinan terjadi. Kemudian yang terakhir itu gempa tanggal 14 Desember 2021, kekuatan gempanya 7.4, lokasinya di laut, wilayah Utara Pulau Flores. Itu kan BMKG sempat keluarkan peringatan dini tsunami. Kenapa tidak terjadi tsunami?
Setelah tim ahli BMKG melakukan penelitian teliti dari bulan Desember sampai April, ternyata di daerah itu terjadi sampai ribuan kali gempa yang tercatat dan telah terbentuk sesar baru namanya sesar Kalaotoa yang memanjang dari sekitar pesisir Flores sampai di Sulawesi sekitar hampir dua ratus kilometer. Waktu tanggal 14 Desember 2021 yang paling terdampak adalah wilayah Pulau Selayar yang banyak kerusakan. Di Flores tidak. Jadi sekarang wilayah Flores ini punya dua sumber gempa. Yang satu sesar Kalaotoa, yang kemarin banyak menimbulkan kerusakan di Pulau Selayar 14 Desember 2021, yang satu lagi tanggal 12 Desember 1992 yang menimbulkan tsunami.
Karakteristik gempa adalah dia akan terulang kembali. Intinya itu saja. Kapan terjadinya, sampai saat ini belum ada ilmu dan teknologi yang dapat mendeteksi.
Kadang-kadang gempa ada susulannya. Bagaimana masyarakat awam bisa tahu ada gempa susulan?
Biasanya kalau gempa itu berdasarkan data dan historis pengalaman kami, setelah ada gempa besar akan ada gempa susulan. Biasanya gempa besar itu kita monitor selama dua minggu. Kalau gempa itu pusatnya di darat seperti di Jepang misalnya, selama dua minggu biasanya akan terjadi gempa-gempa susulan, bukan makin besar tapi makin kecil dan hilang. Tapi kita kadang-kadang tidak tahu gempa pertama itu gempa utama atau tidak. Tidak ada yang bisa memastikan ini gempa paling besar tapi kita lihat monitor selama beberapa hari. Jadi harus tetap waspada kalau gempa besar.
Bisa jadi gempa susulan itu lebih besar?
Bisa juga. Makanya ada yang namanya main shock dan after shock. Main shock itu gempa besar dulu baru gempa-gempa kecil, after shock itu setelah gempa-gempa kecil dulu baru gempa kecil. Kadang-kadang karakteristik gempa di daerah itu beda-beda. Biasanya kalau gempanya besar di atas 6, 7 itu terjadi gempa-gempa susulan.
Dari penjelasan anda berarti NTT ini dikepung gempa ya?
Tidak juga. Sebagian saja, cuma jalurnya saja, ada sekitar delapan jalur sumber pemicu gempa. Satu, Flores Back Arc Thrust, Semau.
Flores Backarc Thrust, Semau Fault, Sawu Fault, Timor, Sumba Strike Slip, Bondowatu Fault, Sape Strike Slip, kemudian Kalaotoa Fault yang baru ditemukan di wilayah Flores Utara tahun 2021.
Kita punya data dari tahun 1814 sampai tahun 2022 itu tersebar ribuan gempa di seluruh NTT ini.
Di Sumba Barat Daya itu perlu diwaspadai adanya Megathrust Sumba, sebetulnya namanya Megathrust Jawa, memanjang dari Pulau Jawa sampai NTT. Kenapa Megathrust? Karena itu pertemuan antara lempeng Australia dan Asia, dari bagian Barat Pulau Sumatera sampai NTT. Itu pertemuan lempengnya.
Kalau merujuk pada delapan jalur pemicu gempa tadi berarti 22 kabupaten/kota ini masuk daerah rawan semua?
Tidak semua sih. Kalau kita lihat memang semua ada tapi hampir sebagian besar sering terjadi itu di Alor, Pulau Flores, Pulau Sumba. Kalau kita lihat data tahun 2022, Larantuka, Lembata agak sedikit aman. Maksudnya bisa juga terjadi gempa cuma untuk tahun 2022 mereka agak jarang.(uzu)
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News