Sementara Pendeta Samuel Pandie saat acara salaman antara pengurus ex-oficio dan majelis sinode harian yang baru berurai air mata.
Dirinya menyalami satu persatu para pengurua majelis sinode yang lama yang duduk di barisan paling depan.
Usai bersalaman Pendeta Samuel kembali ke tempat duduknya, tampaknada air mata haru yang menetes dari pelupuk mata dan kemudian dia seka dengan sapu tangan.
Kepada seluruh majelis klasisi serta pemuka agama lainnyang ikut hadir, juga pemerintah yang menyaksikan pengukuhan dan serah terima jabatan mereka.
Baca juga: PWI NTT Siapkan Wartawan Profesional dan Berakhlak, 32 Jurnalis Ikut UKW di Kota Kupang
"Kurang lebih delapan tahun kita belajar dari kepemimpinan seorang perempuan, bahwa GMIT itu kuat karena kita tidak berurai air mata, tetapi kita tetap kokoh memeluk hati Bapa, melekatkan cinta seperti cinta seorang ibu membelai, memeluk, menangis, bahkan merendah diri agar seluruh dunia tahu GMIT sedang menuliskan injilnya bagi kehidupan," ujarnya.
Dengan tegas mereka pada kepengurusan yang baru ini mereka akan tetap berdiri dan berjuang pada keadilan, bagi yang begumul dengan kehidupan penuh tantangan, dengan perempuan yang teraniaya, dan juga seluruh warga GMIT yang sedang berjuang mencari keadilan.
Dirinya juga mengatakan meskipun gelombang sebesar apapun akan mereka lewati karena mereka datang dengan hati dan siap melayani. *
sumber; pos-kupang.com