Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Dua minggu menempati tenda-tenda dan bangunan-bangunan milik umum, pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores tidur beralas tikar di lantai semen mengeluh kedinginan. Kaum lanjut usia (Lansia) dan anak-anak rentan terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (Ispa), batuk, demam dan asma.
Pengungsi, Yosep Tobi, warga Dusun Bawalatang, Desa Nawokote, mengatakan para Lansia dan anak-anak tidur menggunakan tikar sering menggigil tengah malam dan susah tidur karena lantai sangat dingin.
"Banyak yang batuk pilek, orang-orang tua ada yang asma jadi alas tidur tipis itu mereka pasti susah tidur dan batuk-batuk," katanya, Senin, 15 Januari 2024.
Selain mudah terserang penyakit, pengungsi sering mengantre di toilet umum untuk mandi, buang air kecil, hingga buang air besar (BAB).
Baca juga: Jurnalis Ngada Tempuh 382 Kilo Meter Demi Korban Erupsi Gunung Lewotobi
Ketersediaan air bagi pengungsi di SMP Negeri 1 Wulanggitang dan SDK Kemiri cukup baik. Di sana terdapat bak penampung air yang disalurkan dari mobil tangki.
Perlangkapan tidur seadanya juga dialami 544 jiwa yang mengungsi di Desa Riangrita, Kecamatan Ile Bura. Sudah satu minggu pengungsi asal Desa Nurabelen itu bertahan dengan tikar tipis di tiga lokasi, yaitu eks Kantor Desa Riangtita, SDK Riangrita, dan Kantor Desa Riangrita. Namun, Camat Ile Bura, Petrus Tukan menyatakan wlayah ini tidak masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB).
"Hanya alat tidur kami pakai tikar bantuan dari banyak pihak yang antar ke kami," ujar Aloysius Hoko (48), salah satu dari 544 pengungsi di sana.
Manajemen pendistribusian bantuan di lokasi ini tertib. Pemerintah desa setempat mendata bantuan dari pihak ketiga dan pemerintah, lalu disalurkan secara merata ke para pengungsi.
Baca juga: Imelda Sulit Angsur Utang di Tengah Erupsi Gunung Lewotobi, Flores Timur
Sementara 39 pengungsi di Posyandu Desa Pulera, juga mengeluhkan hal serupa. Di sana ada sembilan anak dan delapan Lansia terpaksa tidur beralaskan tikar plastik di atas lantai keramik dengan suhu yang sangat dingin.
"Kalau bisa ada kasur kecil juga baik, supaya kami alas dengan tikar. Biar untuk anak-anak dan orang tua saja, kami biar dengan tikar," kata Yasinta Bukan (43), warga Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura.
Sementara petugas kesehatan di posko SDK Kemiri, Siti Maryam Making, mengatakan pengungsi lebih banyak terserang ispa datang ke petugas kesehatan pagi hingga sore hari.