Mereka bahkan bertanya kepada Yesus, "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" (Mrk. 7:5). Yesus menjawab pertanyaan ini dengan pernyataan yang keras.
Meminjam perkataan Nabi Yesaya, Yesus berkata, "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari Aku" (Mrk. 7:6). Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat itu bersikap terlalu legalis, padahal hidup mereka yang nyata tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan.
Mari kita mematikan sikap yang terlalu legalis dengan menumbuhkan semangat kerendahan hati dan keterbukaan kepada Tuhan. Raja Salomo yang bijaksana menunjukkan sebuah keteladanan yang bagus seperti tercermin dalam doa ini, "Ya TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau baik di langit yang di atas maupun di bumi yang di bawah.
Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang hidup dengan segenap hatinya di hadapan-Mu" (1 Raj. 8:23). Kebajikan kerendahan hati dan keterbukaan dalam doa akan membuat kita lebih layak di hadirat Tuhan.
Tuhan, semoga kami lebih mawas diri dan rendah hati dalant hidup sehari-hari. Amin. (sumber adiutami.com).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News