Wisata Flores

Wisata Flores, Melihat Watu Manuk Setinggi 15 Meter di Kampung Mboaloing Nagekeo Flores

Penulis: Gordy Donovan
Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

WATU MANUK NAGEKEO - Sebuah batu mirip seekora ayam (watu manuk) di Kampung Mboaloing Kelurahan Towak Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo.

Kata Bernabas, pemuda tersebut ingin berburu ayam tersebut untuk dipelihara. Namun pemuda itu tidak melihat ada seekor ayampun di sekitar batu tersebut.

‘’Ketika ia sedang berkeliling mencari ayam tersebut, tiba-tiba suara ayam berkokok terdengar lagi dan asal suara tersebut dari batu tempat ia beristirahat. Saat itulah pemuda itu sadar dan baru melihat bahwa ternyata batu tersebut berbentuk seperti ayam jago, tinggi menjulang, dan berkokok. Pemuda itu menamakan batu tersebut Watu Manuk,’’ jelasnya.

Ia menjelaskan di dalam Watu Manuk (Batu Ayam) terdapat lobang yang dapat diakses dari bagian belakang batu tersebut.

Lobangnya cukup dalam dan hanya bisa dimasuki oleh satu orang saja. Bagian dasar lobang tersebut datar, bisa untuk duduk. Ada semacam tiang kecil tempat menaruh sesajian dan tempat untuk menyimpan kris pusaka.

Menurut Bernabas, Kris pusaka tersebut kemungkinan sudah hilang dan diduga telah dicuri oleh oknum-oknum penjual artefak-artefak budaya.

“Konon Watu Manuk juga dipakai sebagai tempat bertapa bagi orang-orang yang hendak bertapa untuk tujuan-tujuan tertentu,’’ jelasnya.

Tinggi 15 Meter

Sementara itu, Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Dinas Pariwisata Nagekeo, Eddy Due Woi, menyebutkan dirinya sangat mengagumi kawasan wisata geologi baru tersebut.

Menurut Eddy selama ini rupanya narasi tentang kawasan tersebut belum ada sehingga tidak diketahui oleh publik.

Sebenarnya jika kawasan tersebut sudah ada kisah atau sejarahnya minimal harus dinarasikan kepada anak cucu sehingga kisahya tidak punah.

Eddy yang juga penyuka fotografi ini menjelaskan dirinya bersama beberapa orang pegawai dari dinas Pariwisata Nagekeo telah mengunjungi kawasan geologi Watu Manuk di Kampung Mboaloing.

Eddy mengisahkan tinggi Watu Manuk dari sisi depan kurang lebih 15 meter, dari sisi belakang kurang lebih 7 meter karena letaknya di sisi yang cukup curam. Panjangnya kira-kira 8 meter dan lebar kira-kira 7 meter.

“Lokasinya sangat strategis, terletak tepat di jalan alternatif Mbay (Towak) - Bajawa (Dekundenu). Jalan alternatif tersebut gagal difinishing karena melewati daerah hutan tutupan,’’ jelas Eddy.

Ia menyebutkan di bagian depan Watu Manuk tumbuh sebatang pohon yang kulitnya berwarna putih yang konon katanya, pada jaman penjajahan Jepang dahulu, pohon ini pernah ditebang.

‘’Akan tetapi keesokan harinya, serdadu Jepang mendapati pohon tersebut kembali tegak berdiri seperti sedia kala. Masih ada bekas luka pada pohon tersebut dibagian bawah, dekat pangkal pohon. Pohon itu sendiri diperkirakan sudah berusia ratusan tahun,’’ papar Eddy.

Halaman
123