Hendaklah kaki berpuasa, dengan berhenti mengejar dosa. Hendaklah mata berpuasa, dengan mendisiplinkan diri untuk tidak memelototi apa yang berdosa. Hendaklah telinga berpuasa, dengan tidak mendengarkan pembicaraan jahat dan gosip. Hendaklah mulut berpuasa dari kata-kata kotor dan kritik yang tidak adil (fitnah, celaan) ."
Perkataan orang kudus ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Yoel dalam Bacaan Pertama, "Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab la pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. la menyesal atas malapetaka yang hendak didatangkan-Nya" (Yl. 2:13). Kita berpuasa dan berpantang bukan sekadar urusan makan dan minum, tidak makan dan tidak minum. Puasa yang terpenting adalah soal hati: sebuah transformasi atau perubahan dalam hati kita.
Maka, apa yang harus kita lakukan dalam masa Retret Agung ini? Paling tidak, kita semua diajak untuk melakukan tiga hal. Pertama, kita diajak untuk melakukan karya amal kasih. Dalam melakukan karya amal kasih ini, perhatian kita terutama tercurah pada mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Kedua, kita diajak untuk semakin bertumbuh dalam doa. Doa menjadi sebuah kebutuhan kita, bukan sekadar sebuah kewajiban. Ketiga, kita diajak untuk berpuasa sebagai tanda pertobatan kita kepada Tuhan.
Pada hari pertama Retret Agung ini, kita semua diajak untuk menyadari kefanaan diri kita. Kita diingatkan, "Dari debu dan akan kembali menjadi debu." Atau, seraya menengadah ke langit kita berseru kepada Tuhan, "Hanya debulah aku, di alas kaki-Mu Tuhan." Itulah seruan tobat bagi kita di hadirat Tuhan. Marilah kita bertobat dan senantiasa membarui diri kita.
Tuhan, anugerahkanlah pertobatan di dalam hati kami supaya kami dapat beramal, berdoa, dan berpuasa dengan baik. Amin. (sumber the katolik dan adiutami.com).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News