Renungan Katolik
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Pada hari berkabung wafatnya Paus Yohanes Paulus II, peristiwa kunjungan Bapa Suci ke penjara Ali Agca ditayangkan di layar kaca berulang-ulang. Peristiwa ini sangat menyentuh hati manusia di seluruh
dunia.
Tindakan Bapa Suci itu menebarkan makna yang dalam dari sikap pengampunan. Dipenuhi oleh belas kasih Allah, Paus meninggalkan Roma, melepaskan atribut kepausannya. Beliau pergi mendatangi Ali Agca itu dan masuk penjara. Ia duduk merapat dan merangkul hati Ali Agca.
Itulah gerak belas kasih Ilahi. Belas kasih itu senantiasa bergerak dan mengalir ke mana saja dan merembesi seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Kasih itu membaharui dan memulihkan keselamatan yang retak oleh karena kedosaan dan kerapuhan diri. Apa yang dibuat Paus Yohanes Paulus II merupakan wujud nyata dari Sabda Yesus hari ini. Yesus duduk dan makan semeja dengan para pemungut cukai dan orang berdosa ( Lukas 5: 30). Lebih dari itu Yesus mengundang Lewi untuk bergabung dalam komunitasNya. Yesus memeluk kerapuhan Lewi.
Kasih Ilahi Yesus mengubah hidup Lewi. Ia membiarkan dirinya dihidupi oleh Yesus Sang
Juru selamat. Undangan Yesus bagi Lewi penuh kuasa, yaitu kuasa kasih. Tidak seperti sikap umum orang Yahudi terhadap pemungut cukai, Yesus sebaliknya menerima mereka dengan lembut karena memahami situasi bathin mereka yang tengah hancur. Yesus tetap mengasihi pendosa walaupun membenci dosa.
Dan Lewi tersentuh oleh kuasa kasih Yesus. Jiwa Lewi sesungguhnya sedang haus akan kasih seperti ditawarkan Yesus. Dia yang selama ini dibenci oleh rakyat, dan ditolak oleh para pemimpin agama, sebenarnya sedang merindukan kasih. Dan Yesus menawarkan kasih itu: “mari ikutilah Aku.” Yesus amat memahami kondisi hati dan jiwa Lewi. Dia tabib Ilahi yang menawarkan kesembuhan bagi jiwa Lewi. Yesus memberi teladan bagi kita bahwa kasih dapat mempertobatkan dan mengubah hidup seseorang. Di hadapan para pendosa, Yesus hadir bukan pertama-tama sebagai seorang hakim yang berwenang menghakimi dan menjatuhkan vonis.
Sebaliknya, Ia hadir sebagai pribadi seorang Bapa yang baik, yang menunjukkan belas kasih kepada mereka. Dosa dikalahkan dengan kasih. Kehadiran Yesus yang penuh lemah lembut dan merangkul, telah menyadarkan hati mereka akan agungnya kebaikan Tuhan dan mengubah kecenderungan berbuat dosa menjadi berbuat baik.
Contemplasi:
Sikap mengasihi akan melahirkan rasa haru dalam hati akan kebaikan Tuhan, menggugah hati yang keras dan bebal menjadi terbuka dan lembut. Jika kita ingin menyelamatkan jiwa manusia, maka kita harus berusaha hidup dalam kasih apapun bentuknya. Yesus selalu mewartakan bahwa kasih haruslah menjadi jiwa dari hukum-hukum. Percaya kepada
Yesus sejatinya adalah menempatkan cinta kasih di atas hukum. Mari kita semakin mempertajam cinta kasih terutama selama masa prapaskah ini. Kita membiasakan diri untuk memandang sesama sebagai pribadi yang baik, yang butuh perhatian dan kebaikan dari kita. Kita tinggalkan perkataan-perkataan yang kurang membangun, sebaliknya, kita segarkan pergaulan dengan perkataan yang meneguhkan dan memberi harapan.
Doa:
Ya Allah Bapa kami Yang Maharahim, bantulah kami membaharui diri dengan tobat. Semoga usaha matiraga yang kami mulai, kami selesaikan dengan hati yang iklas. Demi Yesus Kristus PuteraMu, dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa...Amin.
Sahabatku yang terkasih, Selamat Memasuki Masa Prapaskah. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News