Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa.
Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sungguh, barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
Aku berkata kepadamu: Sungguh, saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.
Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.
Dan Bapa telah memberikan kuasa kepada Anak untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kubur akan mendengar suara Anak,
dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.
Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri. Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Apapun yang kita kerjakan dalam hidup adalah juga sebuah cerminan dari satu pelajaran yang sudah kita terima sebelumnya. Seorang anak akan selalu melihat dan menjadikan apa yang dibuat oleh bapaknya sebagai jalan baginya untuk melakukan hal yang sama. Relasi ini akan sangat kuat karena bukan sekedar relasi orangtua dan anak tetapi lebih dari itu sebuah upaya menjadikan diri anak akan seperti bapaknya di kemudian hari. Karena itu ketika kita melihat anaknya, orang selalu melihat kembali bapaknya. Relasi penuh nilai inilah yang perlu dikembangkan dalam hidup kita.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Di hari ketiga pekan prapaskah ke empat ini, kita kembali diajak untuk merefleksikan dan merenungkan relasi Allah dan umatNya dengan perantaraan PuteraNya sendiri. Dalam bacaan pertama, Yesaya menggambarkan betapa Tuhan sangat mencintai umatNya. Tuhan akan selalu menolong umatNya dan membentuk serta membuat umatNya menjadi perjanjian bagi umat manusia. Tuhan menyediakan tempat bagi umatNya untuk bisa hidup kembali dan selalu menuntun mereka ke sumber-sumber air hidup karena Tuhan menghibur dan menyanyangi umatNya. Dan pada jaman dahulu, Allah selalu menyampaikan firmanNya melalui para utusan dan nabi. Namun pada jaman perjanjian baru, Allah sendiri mengutus PuteraNya untuk menyampaikan FirmanNya dan Firman itu sendiri adalah Sang Putera.
Dalam injil Yohanes kita membaca tentang perseteruan antara Yesus dan orang-orang Yahudi. Pokok persoalan yang muncul dalam injil hari ini adalah tentang Yesus yang dianggap oleh orang-orang Yahudi bukan saja melanggar hari Sabat tetapi lebih dari itu menyamakan diriNya dengan Allah. Kisah itu berawal dari Yesus yang berkata kepada orang Yahudi: “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Yesus lalu menyambung lagi setelah orang Yahudi itu bersungut-sungut, katanya:: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.