Semana Santa 2024

LINK SIARAN LANGSUNG Kamis Putih Semana Santa Larantuka 2024 di Flores Timur

Penulis: Gordy
Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SEMANA SANTA LARANTUKA - Peziarah Semana Santa di Kapela Tuan Ma Larantuka, Flores Timur. Gambar diambil saat prosesi tahun 2023. Semana Santa Larantuka atau Hari Bae Nagi kembali menyapa umat di Kabupaten Flores Timur. Link siaran langsung dapat diakses dalam artikel ini.

Mateus da Silva (65), warga Kelurahan Pohon Siri, Kecamatan Larantuka, mengatakan tradisi Tikam Turo tak memakan waktu lama karena melibatkan banyak orang. Dimulai pukul 14.00 Wita, Turo rampung dikerjakan sekira pukul 16.30 Wita.

"Keliling (lintasan prosesi) bisa tiga kilo meter. Nanti jalan-jalan ini padat dengan manusia," katanya kepada wartawan, Selasa (26/3) petang.

Mateus menuturkan, umat selalu memberi diri dalam setiap devosi Semana Santa, termasuk tradisi Tikam Turo. Sanak keluarga di tempat rantau pun memberikan bagiannya. Ada pula yang mendapatkan giliran khusus menjadi Tuan Mardomu atau donatur untuk suksesi perayaan Semana Santa.

Setelah Turo rampung, umat akan memasang lilin pada tiang kayu tersebut. Lilin dengan jumlah ribuan itu menerangi prosesi Semana Santa, mengenang kisah sengsara Yesus yang wafat di kayu salib.

Di malam perkabungan Jumat Agung itu, umat membawa lilin bernyala sambil mendaraskan doa dan bernyanyi lagu-lagu ratapan. Lintasan prosesi bakal diwarnai cahaya lilin dari tangan umat maupun Turo.

Ketua Lingkungan Benteng Daud, Kelurahan Pohon Sirih, Kecamatan Larantuka, Getrudis Bernadete Ubas, mengatakan Turo menjadi penerang bagi Tuan Ma dan Tuan Ana yang bersumber dari cahaya lilin umat.

Menurut perempuan 58 tahun ini, umat biasa menyebut dengan istilah "Sulo Kaki Tuan" atau "Punto Dama" yang berarti lilin. Tradisi sakral ini untuk menerangi jalan Tuan Ma dan Tuan Ana sepanjang jantung kota.

"Tikam Turo ini untuk suluh kaki Tuan yang orang Nagi (Larantuka) bilang Punto Dama. Supaya ada penerang saat Bunda Maria dan Tuhan Yesus lewat," katanya.

Getrudis menerangkan, sempat ada wacana mengganti kayu Turo dengan besi agar tahan lama. Namun wacana itu ditolak lantaran akan menggeser nilai prosesi Semana Santa yang erat dengan tradisi atau devosi.

Melalui tradisi Tikam Turo yang merupakan bagian dari Semana Santa, umat dan suku asli Nagi Tanah (kampumg halaman) memberikan dirinya secara utuh kepada Bunda Maria dan Yesus Kristus.

"Tradisi ini momen penting, kita semua saling berkumpul. Ini berarti semua anak Nagi juga memberikan dirinya, salah satunya Mardomu," katanya.

Jauh hari sebelum prosesi Semana Santa, pemangku kepentingan devosi menentukan Tuan Mardomu yang menanggung kebutuhan prosesi tersebut. Menurut Getrudis, Mardomu datang dari anak Nagi Tanah yang punya ujud khusus.

Dijelaskan, Mardomu menyediakan semua kebutuhan pembuatan Turo, mulai dari kayu kukung, bambu, hingga tanggungan makan dan minum untuk umat yang terlibat langsung dalam tradisi itu, termasuk kebutuhan lain di kapela.

"Mereka ini anak-anak Nagi, ada darah turunan walaupun sudah berlapis-lapis. Mereka punya niat khusus untuk jadi Mardomu," katanya.

Untuk Kelurahan Pohon Sirih, ada empat orang Mardomu yang mendapatkan kesempatan itu. Mereka adalah Yunus Noce Fernandez, Petrus Yohanes Fernandez, Gabriel Lamuri, dan Frans Lamuri.

Halaman
1234