Romo Mathias Daven, Moderator Sentro John Paul II membagikan kisah cikal bakal kamar Sri Paus di Ritapiret itu. Pilihan tempat menginap semalam di Ritapiret mungkin terutama alasan keamanan, kenyamanan dan keselamatan pemimpin umat Katolik sedunia.
Semula, kamar yang direncanakan ditempati Bapa Suci menggunakan kamar praeses. Letak kamar tersebut pada sebelah barat dari deretan bangunan di bagian depan. Mungkin dianggap kurang nyaman, pihak keamanan membatalkannya.
Dipilihlah gedung yang ditempati oleh para frater tingkat tiga. Letaknya pada bagian tengah antara deretan gedung depan, di sebelah barat daya ada kapela dan sebuah bangunan kecil. Kemudian di sebelah utara dan timur juga terdapat bangunan.
Sebelumnya Kamar Tidur Para Frater Tingkat Tiga
Beberapa kamar tidur para frater dari bangunan sepanjang 20-an meter lebih itu dirombak menjadi kamar utama Paus. Diapit kamar mandi di sampingnya.
Ada ruang tengah yang membagi kamar tidur Sekretaris Pribadi Bapa Suci, Mgr. Stanislao Dziwisz bersebelahan dengan kamar tidur ditempati oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Francesco Canalini.
Pengerjaan kamar itu dikawal seorang perempuan asal Bali. Semenjak kamar tersebut dibangun selalu setiap saat tak tentu waktu muncul anggota keamanan. Mereka mewaspadai jangan-jangan ada sesuatu yang ditanamkan di dalam bangunan itu yang bisa membahayakan keselamatan Bapa Suci.
“Saya masih frater tidur di sebelah bawah dari kamar yang direhab itu. Suatu waktu tengah malam, saya bangun hendak ke kamar mandi. Saya kaget ada tentara di luar,” kata Romo Mathias.
Kondisi dan Isi Kamar Paus Yohanes Paulus II
Lantai kamar semula semen diganti keramik. Begitupula kamar mandi dipasang keramik warna hijau muda dengan tirai yang membatasi untuk mandi, wc dan wastafel menempel pada dinding sebelah kanan dari pintu masuk kamar mandi.
Sebuah lemari pakaian tiga pintu terletak persis pada lorong menuju kamar mandi. Pada bagian atas dinding di samping lemari terdapat sebuah pendingin ruang model jadul (windows).