Laporan wartawan TRIBUNFLORES.COM, Eginius Mo’a
TRIBUNFLORES.COM,MAUMERE- Sri Paus Yohanes Paulus II menjejakan kaki di Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) 35 tahun silam, tanggal 11-12 Oktober 1989.
Sekitar 18 jam lamanya John Paul II yang telah dinobatkan menjadi santo atau orang kudus di abad modern ini, tapak kakinya ada di Bandara Waioti (kini Frans Seda).
Di Gelora Samador lokasi diselenggarakannya misa, Aula STFK Ledalero pertemuan dengan para imam dan frater serta di Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret, dia menginap.
Baca juga: Seminari Tinggi Ritapiret di Maumere Sempat Menjadi Vatikan Semalam pada 11 Oktober 1989
Peninggalan Monumental
Momentum itu tinggal kenangan. Salah satu peninggalan monumental adalah kamar tidur Sri Paus yang diinapnya semalam pada 11 Oktober 1989.
Praeses Seminari Tingg St.Petrus Ritapiret kala itu, Romo Dominikus Bali, Pr punya kesan ketika bersama Paus Yohanes di kamarnya. Itulah ucapan pertama Sri Paus ketika Romo Domi menerimanya di pendopo seminari, Rabu petang 11 Oktober 1989.
Begitupula ketika ia memperlihatkan kamar dan seluruh perlengkapan di kamar Paus. Bapa Suci berucapa,”oh…oh…” dan lanjut bertanya” Siapa yang buat ini,?
Romo Praseses menjelaskan bahwa kamar dan semuanya bukan seminari yang buat. “Ini adalah sumbangan pemerintah,” kata Romo Domi.
Suara Sri Paus agak rendah berkata,”Kamu tahu kan. Saya toh tidak butuhkan ini,“ Romo Domi menirukan Paus. Dialog itu termuat dalam buku Dia Datang, Kenangan Kunjungan Paus Yohanes Paulus II.
Romo Mathias Daven, Moderator Sentro John Paul II membagikan kisah cikal bakal kamar Sri Paus di Ritapiret itu. Pilihan tempat menginap semalam di Ritapiret mungkin terutama alasan keamanan, kenyamanan dan keselamatan pemimpin umat Katolik sedunia.
Semula, kamar yang direncanakan ditempati Bapa Suci menggunakan kamar praeses. Letak kamar tersebut pada sebelah barat dari deretan bangunan di bagian depan. Mungkin dianggap kurang nyaman, pihak keamanan membatalkannya.
Dipilihlah gedung yang ditempati oleh para frater tingkat tiga. Letaknya pada bagian tengah antara deretan gedung depan, di sebelah barat daya ada kapela dan sebuah bangunan kecil. Kemudian di sebelah utara dan timur juga terdapat bangunan.
Sebelumnya Kamar Tidur Para Frater Tingkat Tiga
Beberapa kamar tidur para frater dari bangunan sepanjang 20-an meter lebih itu dirombak menjadi kamar utama Paus. Diapit kamar mandi di sampingnya.
Ada ruang tengah yang membagi kamar tidur Sekretaris Pribadi Bapa Suci, Mgr. Stanislao Dziwisz bersebelahan dengan kamar tidur ditempati oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Francesco Canalini.
Pengerjaan kamar itu dikawal seorang perempuan asal Bali. Semenjak kamar tersebut dibangun selalu setiap saat tak tentu waktu muncul anggota keamanan. Mereka mewaspadai jangan-jangan ada sesuatu yang ditanamkan di dalam bangunan itu yang bisa membahayakan keselamatan Bapa Suci.
“Saya masih frater tidur di sebelah bawah dari kamar yang direhab itu. Suatu waktu tengah malam, saya bangun hendak ke kamar mandi. Saya kaget ada tentara di luar,” kata Romo Mathias.
Kondisi dan Isi Kamar Paus Yohanes Paulus II
Lantai kamar semula semen diganti keramik. Begitupula kamar mandi dipasang keramik warna hijau muda dengan tirai yang membatasi untuk mandi, wc dan wastafel menempel pada dinding sebelah kanan dari pintu masuk kamar mandi.
Sebuah lemari pakaian tiga pintu terletak persis pada lorong menuju kamar mandi. Pada bagian atas dinding di samping lemari terdapat sebuah pendingin ruang model jadul (windows).
Sedangkan di kamar tidur ada sebuah tempat tidur besar dan lebar, beralas kasur busa yang tidak terlalu tebal (bukan seperti spring bed saat ini dijual di toko), bantal kepala dan sebuah bantal guling. Ada pula sebuah kursi dan sebuah meja setengah biro. Lemari kaca berisi Kasula yang dipaikanya dalam perayaan misa di Gelora Samador.
Di kamar inilah, 35 tahun silam Sri Paus Johanes Paulus II merebahkan tubuhnya setelah seharian melawat umatnya di Tanah Maumere. Momentum yang tak akan lekang oleh waktu.
Keadaan kamar itu tak banyak berubah. Jauh dari kesan kamar tidur mewah. Seperti kebanyakan kamar tidur di rumah-rumah keluarga umumnya.
Beberapa tahun pasca kunjungan itu, kamar yang ditempati Paus Johanes tidak serta-merta menjadi obyek rohani. Kamar ini sempat dijadikan kamar sakit. Kemudian kamar preses.
Muncul pertimbangan jangan lagi kamar tersebut dihuni oleh salah satu pembina. Mengingatkan tokoh ini kelak menjadi tokoh besar dalam sejarah. Kamar ini dipoles lagi, direhab menjadikan santuarium tempat wisata rohani.
Uskup Maumere, Mgr Ewal Bangga Santo Yohanes Paus II Pernah Tidur Semalam di Ritapiret
Uskup Maumere, Mgr. Ewaldus Martinus Sedu, mengaku bersyukur semasa bertugas sebagai perfek, bapak asrama kemudian menjadi praeses antara tahun 2001-2016 di Ritapiret menata kembali seperti semula kamar Paus.
Semua barang-barang penting yang pernah digunakan semasa kunjungan dikumpulkan dan dikembalikan ke kamar tidur tersebut.
Kursi (perayaan misa), tempat tidur, pakaian misa (Kasula). Pakaian misa itu disiapkan tim liturgi disimpan para suster, namun sudah dikembalikan ke kamar Paus. Kursi pada waktu perayaan misa di Gelora Samador, lumayan lama berada di Gereja Katedral Santo Yoseph Maumere juga sudah dikembalikan ke kamar Paus.
“Ketika saya telah dithabiskan menjadi uskup, saya minta dikembalikan ke kamar Paus,” ujar Mgr.Ewal.
Mgr Ewal mengakui ada kebanggaan tersendiri karena pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia datang ke Maumere. Dia menginap di Seminari Santo Petrus Ritapiret kemudian menjadi Santo, orang kudus.
“Dan, orang kudus itu pernah menginjak kaki, tidur semalam di Ritapiret. Tapak kakinya ada di Gelora Samador, merayakan misa dan memberi berkat umat di sana,” kenang Mgr. Ewal.
“Proses (menjadi) orang kudus sangat cepat. Orang kudus di jaman modern, Santo Yohanes Paus II dan Santa Theresia dari Calcuta. Dua orang yang bersahabat baik,” ujar Mgr. Ewal.
Beriata TribunFlores.Com lainnya di Google News