“Kami berdiri tepat di pintu keluar. Ketika Paus berjalan keluar menuju pendopo, saya dan teman dari Ledalero, Frater Alfons Mana, berdiri memegang prasasti. Paus menandatangani prasasti sebelum menumpang mobil menuju Bandara,” kenang Frater Ewal.
“Saat itu, saya berhadapan langsung dengan Paus. Dia angkat muka lihat kita senyum, kemudian tanda tangan. Paus berjubah putih, kalau tidak salah sepatunya warna hitam, kemudian solideo (zucchetto) warna putih. Itu peristiwa yang paling saya kenang,” Mgr. Ewal tersenyum mengenangnya semasa frater.
Baca juga: Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia, Panitia Ingatkan Umat Katolik Akses Informasi dari Situs Resmi
Paus memperhatikan sekeliling orang yang menyambutnya pada pagi itu. Dia sangat humble (rendah hati). Melambaikan tangan dan menjabat tangan semua, kemudian dengan mobil menuju Bandara.
“Saya bersyukur tahun 1989 sebagai frater sudah bertemu. Ketika telah ditahbiskan menjadi imam, periode 1997-2021 melanjutkan studi di Roma, bertempat tinggal di Colejo St. Petrus Vatikan, ada kemudahan. Kami teriak Maumere, Paus melambaikan tangan,“ ungkap Mgr.Ewal.
“Perjumpaan berlanjut pada Yubilieum tahun 2000 Universitas Pontifical Roma. Kami semua berkumpul. Di acara itu, saya bisa bertemu dengan Paus Yohanes,” imbuh Mgr.Ewal.
Prasasti yang ditandatangani Paus Yohanes ditempelkan pada dinding tembok Pendopo Seminari Tinggi St.Petrus Ritapiret. Setiap tamu yang berkunjung ke sana, bisa menemukannya dengan lukisan Paus Joannes Paulus yang terpampang pada bagian atasnya. *
Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google New