Dalam hal mendoakan "Semoga mereka semua bersatu" saya memohon supaya Tuhan merubah cara berpikir, mental orang sehingga juga dapat merubah perilakunya terhadap sesamanya. Yesus sendiri menggunakan upaya ini bagi persatuan pengikut-pengikutnya, maka sayapun menggunakan upaya adikodrati ini yakni mendoakan persatuan umat yang berragam agamanya dan beraneka suku serta adat-iastiadatnya.
Perbedaan, keragaman hendaknya dipandang sebagai suatu yang membuat hidup bersama menjadi lebih kaya dan bukan sebagai suatu alasan untuk suatu permusuhan, pertengkaran dan saling menghancurkan. Motto Ut Omnes Unum Sint tidak lagi cuma satu slogan tetapi satu doa yang terus menerus didaraskan oleh setiap umat katolik dalam wilayah keuskupan yang sayapimpin.
Sama seperti gereja sejagat tak jemu-jemunya setiap tahun mengadakan Pekan Doa Sedunia untuk persatuan umat Kristen, demikian pula harapan saya, walaupun masih belum terwujud secara drastis, tetapi ada tanda-tanda kecil perubahan perilaku dari masa ke masa.
Ketika berpindah ke keuskupan Maumere Motto "Ut Omnes Unum Sint" saya bawa serta. Karena Pluralitas dalam wilayah keuskupan inipun sangat kental. Memang mayoritas penduduk beragama Katolik, tetapi tidak berarti bahwa ada kerukunan antara umat katolik sendiri. Penduduk Kabupaten Sikka terdiri dari berbagai suku, etnis dan bahasa yang sangat rawan menimbulkan /memicu konflik.
Pengkotak-kotakan antar suku-suku sangat terasa dalam perpolitikan, terutama menjelang Pemilu dan Pilkada, biarpun semuanya adalah Umat Katolik. Ajaran Yesus tentang Cinta kasih belum menjadi pedoman hidup, belum meresap dalam hidup perpolitikan, juga dalam perilaku hidup sehari-hari.
Di samping itu umat Katolik dalam wilayah ini sebagai mayoritas katolik masih menyimpan rasa superioritas, rasa arogansi terhadap umat beragama lain yang minoritas. Sikap ini muncul sangat jelas misalnya ketika ada pelecehan Sakramen Mahakudus, reaksi umat katolik amat overacting, tidak seimbang, malah melawan ajaran imannya sendiri.
Dalam situasi keuskupan Maumere dan Kabupaten Sikka, Motto "Ut Omnes Unum Sint" mengungkapkan harapan saya ke depan supaya ada kesehatian, ada saling pengertian, ada saling mengakui kelebihan dan menyadari kekurangan masing-masing guna menciptakan persaudaraan sejati yang kristiani, antar suku-suku yang beraneka dan antara umat yang beraneka agama. Motto ini menjadi DOA kita bersama dalam keuskupan Maumere ini seterusnya.
Yubileum 40 tahun Imamat dan 25 tahun Tahbisan Uskup hendaknya menjadi momentum untuk merefleksi diri dan menetapkan hasrat kita ke depan mewujudkan motto kita bersama "Ut Omnes Unum Sint"
Maumere, 11 Juli 2011
G. Kherubim Pareira. SVD
Berita TribunFlores.com Lainnya di Google News