Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
TRIBUNFLORES.COM, KUPANG - Petani rumput di Desa Tablolong Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang, Provinsi NTT merugi akibat banjir rob menerjang wilayah itu beberapa waktu lalu.
Petrus Pelu (57) seorang nelayan dan petani rumput laut di Tablolong menuturkan, gelombang di perairan itu sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Ia sendiri tidak melaut sejak Desember 2024 lalu akibat cuaca buruk.
Dia menjelaskan, satu perahu miliknya sudah berada di pulau Semau. Satunya lagi ditambatkan dekat desa setempat. Dia mengaku, tidak saja dirinya, namun nelayan lainnya juga tidak melaut akibat cuaca yang tidak bersahabat.
Selama ini, Petrus menggantungkan nasibnya dengan melaut dan membudidayakan rumput laut. Cuaca yang sedang buruk ini, membuat 1,5 ton rumput laut miliknya harus hilang.
Baca juga: Siklon Tropis Taliah Menjauh, BMKG: Waspada Fenomena Atmoster Pengaruhi Peningkatan Curah Hujan
"80 tali (1,5 ton). Sekarang tidak bisa lagi. Desember ikat sudah lepas. Dipanen satu bulan. Harusnya saat ini sudah mulai panen. Ini sudah tidak bisa panen lagi," kata Petrus, Kamis (6/2/2025) ditemui. Ia sedang menyaksikan gelombang di perairan tersebut.
Dia mengatakan, untuk 80 tali dengan panjang 7-9 meter itu, dia membeli bibit Rp 6.000 per kilogram. Prakiraan panen, dia bisa menghasilkan 2 ton rumput laut kering. Petrus mengaku, kondisi ini sering terjadi akhir dan awal tahun.
Namun, cuaca kali ini dampaknya sangat besar. Biasanya, petani rumput laut bisa menyelematkan beberapa kilogram rumput laut sebagai cadangan ataupun untuk dijual. Berbeda pada kondisi saat ini.
"Kalau sudah seperti ini tidak bisa ada harapan lagi. Kita pasrah sudah," kata dia.
Petrus mengatakan, dia bersama nelayan lainnya tetap mengikuti petunjuk dan arahan pemerintah. Meski merugi, ia tidak bisa berbuat banyak terhadap situasi ini.
Setelah cuaca membaik, dia baru mulai melihat kembali mata pencaharian budidaya rumput laut. Jika ada tali yang rusak, maka diganti. Pengadaan bibit baru menjadi wajib dilakukan untuk pembudidayaan lanjutan.
"Kalau jadi betul itu, bisa panen 1 ton, 500 kilogram rumput laut kering. Kalau kondisi begini tidak dapat apa-apa lagi. Namanya alam," kata dia.
Dia berharap pemerintah bisa membantu masyarakat, khususnya petani rumput laut yang terdampak akibat bencana alam ini.
Warga lainnya, Mama Mik, mengatakan gelombang kali ini mengerikan. Dia menyebut Selasa, setinggi pinggang orang dewasa. Gelombang menghantam bagian belakang rumahnya.