Dijelaskannya, apabila masing-masing anggota DPRD Sikka mengalokasikan dana pokir Rp.100 juta maka penanganan Puskesmas Boganatar bisa terlaksana.
"Saya katakan kalau per anggota DPRD mengalokasikan masing-masing Rp 100 juta itu pasti bisa ditangani segera di tahun 2025," jelasnya.
Pelayanan Kesehatan Terganggu
Kepala Puskesmas Boganatar Maria Yukensi Pogon, mengatakan atap gedung bangunan Puskesmas Boganatar bocor karena terdampak abu vulkanik gunung Lewotobi Laki-laki. Kondisi membuat ruangan di puskesmas terkena hujan dan akibatnya ruangan rusak.
Ia menyebut dampak dari atap yang rusak ini berpengaruh pada kerusakan lainnya di ruang rawat jalan, rawat inap, rawat inap bersalin, dapur guzi, rumah tunggu kelahiran, ruang isolasi, dan mes tenaga kesehatan.
Kata Maria, para tenaga kesehatan mengevakuasi seluruh peralatan medis ke ruangan yang masih bisa digunakan. Namu, pelayanan pasien dilakukan di depan halaman Puskesmas Boganatar di bawah tenda yang dibangun BPBD Sikka.
Menurut Maria, pelayanan di tenda itu terganggu karena hujan sehingga pelayanan terpaksa dipindahkan ke ruang rawat inap.
Sementara di ruang rawat inap, para nakes harus menutup atap yang bocor menggunakan terpal. Air hujan pun tetap merembes, lagi para nakes dan pasien harus mencari tempat yang aman untuk berlindung.
Selain gedung Puskesmas Boganatar yang rusak berat, sarana kesehatan seperti pustu, polindes, poskesdes dan 13 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Boganatar dalam kondisi rusak berat.
Maria berharap kepada pemerintah Kabupaten Sikka untuk memperhatikan kondisi gedung Puskesmas Boganatar yang dalam kondisi rusak berat akibat terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur.
Berita TribunFlores.Com Lainnya di Google News