Pater Stef Wroz SVD Meninggal

Kisah Misi Mulia Pater Stef Wrosz SVD, Berkarya hingga Tutup Usia di Manggarai Timur Flores NTT

Penulis: Gordy
Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SOSOK PATER STEF WROZ SVD - Pater Stef Wroz SVD saat ikut misa di Nonggu, Manggarai Timur, Sabtu 4 Januari 2025. Pater Stef mempunyai Kisah Misi Mulia saat berada masih hidup. Pater Stef berkarya hingga tutup usia di Manggarai Timur Flores NTT.

Pater Stef Wrosz bersama 20 misionaris muda ordo Serikat Sabda Allah lainnya merupakan kelompok misionaris pertama yang diberangkatkan dari Polandia secara resmi.

Baca juga: Dig Sutami Sebut Pater Stef Wrosz SVD Guru Pembangunan di Manggarai NTT

"Tidak ada peluang lain selain Indonesia. Dari cerita dari buku-buku, saya tahu orang gembira dan daerah pulau. Saya tidak rasa keberatan. Saya belajar bahasa Indonesia di Mataloko. Setiap kesempatan bantu misa di Bajawa. Waktu bertugas di Lengor, saya yang membangun Wukir. Di Lengor menjadi stasi biasa di Wukir membangun paroki dari kayu, pastoran hingga kapela,"ujarnya.

Dikutip dari congkasae.com menyebutkan beberapa rekan imam yang ikut dalam perjalanan kala itu yakni pater Stanis Wyparlo SVD, Pater Stanis Ograbek SVD dan masih banyak imam lainnya.

Pater Stanis Ograbek SVD dalam bukunya berjudul "Demi Kebenaran Bertualang di Ladang Tuhan" mengisahkan bagaimana perjalanan kelompok misionaris Eropa ini hingga akhirnya tiba di Indonesia.

Usai mengurus dokumen keberangkatan mereka berupa paspor, 20 orang misionaris dari serikat sabda Allah itu meninggalkan Ibu Kota negara Polandia Warsawa pada sekitar pukul 18.00 melewati pegunungan Alpen menggunakan kereta api menuju Roma.

Mereka tiba di Indonesia setelah melewati perjalanan jauh, melewati Roma dan transit di India sebelum akhirnya mendarat di Jakarta.

Di Jakarta mereka dikirim ke keuskupan Agung Ende untuk belajar bahasa sebelum akhirnya diberi tugas melayani di paroki-paroki.

Baca juga: Misionaris Asal Polandia, Pater Stefanus Wroz Tutup Usia, Umat Kenang Sebagai Pastor Pembangunan

Setelah dirasa bisa menguasai bahasa Indonesia para misionaris muda ini dipindahkan ke keuskupan Ruteng sementara beberapa orang diantara mereka melayani paroki di wilayah keuskupan agung Ende, sementara yang lainnya diutus ke pulau Timor.

"Kami naik truk kayu, dengan kondisi jalan berbatu menuju Ruteng, ini merupakan perjalanan yang menyenangkan bagi kami karena kondisi bentang alam Flores yang berbukit-bukit kami senang,"tulis pater Stanis Ograbek dalam bukunya Demi Kebenaran berkarya di Ladang Tuhan.

Stanis Ograbek mengatakan bahwa perjalanan mereka ke keuskupan Ruteng sempat singgah di beberapa tempat termasuk melakukan pendakian ke puncak gunung Ebulobo.

"Kami menginap di rumah salah seorang guru agama yang sangat baik dan ramah menerima kami, keesokan harinya kami melakukan pendakian ke puncak gunung Ebulobo dengan bantuan beberapa orang anak kecil,"kata Stanis Ograbek.

Ia merasa senang dengan kondisi alam Flores yang masih sangat asri meski terdapat kekurangan terutama kondisi masyarakat yang masih belum maju seperti di Eropa kala itu.

Dalam pembicaraan dengan media ini pada awal April tahun 2022 silam pater Stef Wrosz mengatakan bahwa kondisi masyarakat di Manggarai pada saat mereka tiba pertama kali masih memprihatinkan.

Baca juga: Liva Jangga Kenang Momen Indah Bersama Pater Stef Wrosz di Mukun Manggarai Timur

"Kelaparan dimana-mana, penyakit juga kerap melanda umat dengan akses ke pusat kesehatan sangat terbatas,"kata pater Stef Wrosz.

Ia mengatakan kondisi tersebut yang memaksa beberapa rekan imamnya bertindak sebagai mantri dengan memberikan obat kepada umat yang menderita sakit.

Halaman
1234