Pater Stef Wroz SVD Meninggal

Kisah Misi Mulia Pater Stef Wrosz SVD, Berkarya hingga Tutup Usia di Manggarai Timur Flores NTT

Penulis: Gordy
Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SOSOK PATER STEF WROZ SVD - Pater Stef Wroz SVD saat ikut misa di Nonggu, Manggarai Timur, Sabtu 4 Januari 2025. Pater Stef mempunyai Kisah Misi Mulia saat berada masih hidup. Pater Stef berkarya hingga tutup usia di Manggarai Timur Flores NTT.

Ini adalah proyek pembangunan paroki pertamanya di Manggarai, setelah pihak gereja memperoleh tanah yang luas dari umat setempat.

"Kondisi Wukir itu sangat subur mungkin daerah paling subur di Manggarai, tapi hanya mengandalkan air hujan,"kata pater Stef.

Kondisi itu memaksanya untuk menanami lahan milik paroki dengan tanaman komoditi pertanian bernilai jual seperti kelapa dan cengkeh.

"Di sana saya tanam kelapa, tapi waktu itu tidak ada orang. Di Gising. Kalau musim hujan bisa tenggelam dalam lumpur. Saya juga  banyak sawah. Setelah memindahkan paroki  Wukir dan mamba. pernah pindah di Mukun 8 tahun,"ujarnya. 

Usai membangun paroki Wukir, ia kembali membangun paroki Mamba setelahnya pastor Susu ini dipindahkan ke paroki Tilir lantaran pastor paroki sebelumnya menderita stroke.

Setelah beberapa tahun melayani umat di paroki Tilir pater Stef Wrosz kembali dipindahkan ke paroki Mukun dimana pastor paroki sebelumnya pater Yan Olesky SVD dipindahkan ke Paroki Todo.

Baca juga: Puisi Rilon Soba Siswa SMP Seminari Mataloko Mengenang Pater Stef Wroz SVD, Pater di Tanah Misi

Di paroki ini pater Stef merasakan wilayah paroki yang harus dilayaninya sangatlah luas dengan kondisi topografi yang ekstrim.

Ia lalu melakukan pemekaran paroki Mukun menjadi paroki baru dengan Mbata sebagai pusat parokinya.

"Makanya lahirlah paroki Mbata itu dengan nama St Theresia dari kanak-kanak Yesus sebagai santa pelindung,"ujar pater Stef.

Dua tahun setelah pater Stef membangun paroki Mbata, ia yang menginginkan menjadi pastor paroki di Mbata rupanya harus menghadapi tantangan lantaran usia pensiunnya yang sudah tiba.

"Saya punya pastor rekan akhirnya menjadi pastor parokinya,"kata Stef Wrosz.

Ia lalu menjalani masa pensiun di paroki Mbeling Rehes, di sana ia sempat membangun paroki Mbeling Rehes termasuk gereja stasi Perang atas usulan vikep Borong Romo Beny Jaya.

Saat ini pater Stef memilih rumah ret-ret Pius XII Kisol sebagai tempat menghabiskan masa tuanya.

Baginya Manggarai sudah terpatri di dalam jiwa dan sanubari,"saya tidak mau kembali ke Polandia karena di sana tidak ada yang mengenali saya,"ujar pater Stef.

Ia mengatakan dari sembilan bersaudara ia merupakan anak bungsu delapan orang kakaknya sudah meninggal dunia.

"Kalau di Manggarai banyak yang mengenal saya, sering dikunjungi oleh umat,"ujarnya.

Usai menghabiskan waktunya dengan melayani umat katolik di Manggarai ia melihat perubahan kehidupan umat yang jauh lebih baik bila dibandingkan tahun 1966 ketika mereka pertama kali ke Manggarai.

"Sekarang di Manggarai sangat maju, tidak lagi ada bencana kelaparan, semua orang sudah makan nasi, dulu makan jagung makan ubi, terus akses ke kesehatan sangat mudah, jalan-jalan sudah dibangun sampai ke desa-desa, sekolah-sekolah sudah tersebar hingga ke pelosok, ini yang harus disyukuri,"kata pater Stef.

Dari sisi pelayanan kepada umat Katolik menurut misionaris kelahiran Eropa ini saat ini Manggarai Jauh lebih baik bila dibandingkan tahun-tahun awal mereka merintis tugas kegembalaan di tanah Manggarai.

Ia mengatakan infratruktur jalan yang sudah dibangun hingga ke pelosok-pelosok memudahkan para imam dalam melakukan pelayanan ke stasi-stasi.

Baca juga: BREAKING NEWS: Pater Stef Wroz SVD Misionaris Asal Polandia Tutup Usia

"Dulu kami naik kuda, melakukan patroli ke wilayah stasi, menyusuri jalan sempit tidak seperti sekarang,"kisa pater Stef Wrosz SVD.

Kondisi patroli dengan menggunakan kuda sebagai alat transportasi itu juga disampaikan pater Stanis Ograbek SVD dalam bukunya.

Stanis Ograbek yang sempat diperbantukan di paroki Mukun kala itu mengatakan di wilayah paroki biasanya terdapat seorang anak yang khusus memelihara dan mengurusi kuda.

Anak ini biasanya selalu menemani pastor ketika melakukan patroli, tugas utamanya adalah mengurusi kuda tunggangan pastor termasuk kuda pengangkut beban.

"Jika pastor melakukan patroli ke suatu kampung anak ini bertugas memandu jalannya kuda sang pastor dengan kuda pengangkut bebannnya,"kata pater Stanis Ograbek dalam bukunya.

Untuk melakukan patroli di wilayah paroki Mukun kala itu pastor paroki Frans Galis kerap menggunakan dua buah peti yang diangkut menggunakan kuda.

"Peti ini seringkali dianggap sebagai tempat untuk menaruh anak kecil oleh warga, makanya ketika melihat pastor anak-anak berlarian karena takut,"tulis Pater Stanis.

Ia mengatakan padahal yang ada dalam peti yang diangkut menggunakan kuda itu merupakan barang-barang kebutuhan pelayanan untuk umat seperti hosti anggur termasuk kebutuhan obat-obatan.

Dari sekian banyak misionaris yang bertugas di Manggarai seperti Frans Galis SVD, Pater Yurai Voyencyak SVD, pater Jan Olesky SVD memilih kembali ke negaranya ketika memasuki masa pensiun.

Kendati demikian ada pula pastor yang enggan kembali termasuk pater Stef Wrosz SVD, yang lebih memilih Manggarai sebagai tempat menghabiskan masa tuanya.

Pater Stef memilih Manggarai sebagai tempat pertama dan terakhir dalam hidupnya, kecintaannya akan tanah Manggarai melebihi rasa cinta yang dimiliki orang Manggarai.

"Kalau mau ketemu saya datang ke rumah ret-ret di Kisol,"kata Pater Stef Wrosz SVD.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News