“Pesan dari kami, ayo kita mencintai produk hasil olahan pangan lokal kita sendiri,” ujar salah satu perwakilan peserta, Shifa Khumaira Lanjar dari SMAN 1 Kupang, yang disambut tepuk tangan meriah.
Kemeriahan acara semakin terasa ketika peserta workshop dan pengunjung Lippo Plaza berkesempatan menikmati hidangan istimewa berupa 11 olahan pangan lokal.
Menu yang disuguhkan meliputi sup keladi, kolak sorgum, bubur manis sorgum, mochi ubi jalar, sambal luat jamur kuping, sambal goreng keladi, sus ubi jalar, bose original, bose ala carbonara, schotel bose, hingga puding labu. Semua sajian berbahan dasar pangan khas NTT seperti sorgum, jagung, ubi, dan keladi.
Kegiatan ini juga diselingi kuiz interaktif seputar pangan lokal yang menambah semarak suasana dan juga penampilan meriah dari Sky Band.
Pada sesi kedua, peserta mendapatkan materi dari dua narasumber yakni Ester Elisabeth Umbu Tara, pendiri Komunitas Bacarita Pangan Lokal, serta Habsibah M.M. Betty, ahli gizi dari UPTD Puskesmas Kupang Kota.
Keduanya membahas tentang bagaimana pangan lokal bisa diolah secara kreatif sesuai kebutuhan gizi masyarakat modern tanpa kehilangan nilai tradisionalnya. Diskusi ini menjadi wadah pertukaran gagasan yang inspiratif, terutama bagi siswa-siswi yang hadir.
Haris Budiharto kembali menegaskan pentingnya gerakan bersama untuk membangkitkan minat generasi muda mengonsumsi pangan lokal.
“Kegiatan ekskursi maupun workshop pangan lokal ini diharapkan menjadi ruang berbagi ilmu bagi generasi muda. Kita ingin mengatasi isu kurangnya minat generasi muda terhadap pangan lokal sekaligus menjawab tantangan krisis pangan di NTT. Mari kita gerakkan kembali budaya konsumsi pangan lokal demi keberlanjutan masa depan,” tegasnya.
Workshop ini dihadiri oleh puluhan siswa dari SMA Kristen Mercusuar, SMA Negeri 1, 2, 3, dan 5 Kupang, serta SMK Negeri 3 Kupang. Antusiasme peserta terlihat dari semangat mereka mengikuti diskusi, games, hingga menikmati pangan lokal yang disajikan.
Dengan semangat “Merayakan Rasa, Merawat Akar,” kegiatan ini membuktikan bahwa kuliner bukan sekadar makanan, tetapi juga identitas budaya yang menghubungkan generasi masa kini dengan akar tradisinya. (uge)
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News