Santo dan Santa

Santo Antonius Maria Claret, Pendiri Kongregasi Misionaris Putra Hati Maria Tak Bernoda 

Ia wafat pada 24 Oktober 1870, dalam usia 62 tahun. Ia dibeatifikasi Paus Pius XI pada tahun 1934 dan dikanonisasi Paus Pius XII pada tahun 1950.

Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/HO-VATIKAN MEDIA
ORANG KUDUS- Santo Antonius Maria Claret. 

TRIBUNFLORES.COM- Pada Jumat, 24 Oktober 2025, Gereja Katolik memperingati Santo Antonius Maria Claret.

Seorang misionaris yang tak kenal lelah, pelopor budaya Kristiani dan pembela keadilan, yang mampu memadukan kontemplasi dan tindakan di setiap tahap kehidupannya yang intens demikianlah sosok Santo Antonius Maria Claret

Ia lahir pada 23 Desember 1807 di Sallent, sebuah kota kecil dekat Barcelona, dari keluarga yang bekerja di bidang tekstil. Rumah keluarganya sangat religius; spiritualitas menjadi hal yang alami seperti udara yang mereka hirup.

Sejak kecil, Antonius menunjukkan kecenderungan religius yang kuat: ia senang berdoa, berbelas kasih kepada yang menderita, dan merenungkan makna hidup serta keselamatan kekal. Kepekaan ini semakin matang karena kesulitan zaman  perang, ketidakamanan, dan duka keluarga membentuk semangatnya yang tegas dan pantang menyerah.

 

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 25 Oktober 2025, Kesempatan untuk Bertobat

 

 

Pada usia dua belas tahun, ia merasakan panggilan untuk menjadi imam. Namun, gejolak politik dan sosial saat itu menghambat langkah awalnya. Sekolahnya ditutup, dan Antonius harus membantu ayahnya bekerja di alat tenun keluarga. Beberapa tahun kemudian, ia pindah ke Barcelona untuk belajar teknik tekstil. Ia menunjukkan bakat dan disiplin tinggi. Akan tetapi, dorongan untuk sukses duniawi perlahan menjauhkan dirinya dari iman sederhana masa kecil. Serangkaian pengalaman pahit  pengkhianatan teman, godaan moral, dan nyaris tenggelam membuatnya kembali merenungkan arti hidup yang sesungguhnya.

Saat itulah Injil menggugah hatinya secara mendalam. Ayat “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan jiwanya sendiri?” mengubah arah hidupnya. Ia memutuskan meninggalkan segalanya dan mengikuti panggilan hidup religius. Ia memulai studi di Vic, dengan niat menjadi biarawan Kartusian, namun kesehatannya yang lemah membuatnya batal bergabung. Ia tetap melanjutkan studi di seminari dan menghadapi banyak pergumulan rohani, yang diatasinya melalui doa dan devosi kepada Bunda Maria.

Ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1835 dan memulai karya pastoralnya di kampung halaman. Namun, panggilan misioner terlalu kuat untuk membatasi dirinya hanya di satu paroki. Ia mulai berkeliling dari desa ke desa, memberitakan Injil dengan kesederhanaan, berjalan kaki, menolak imbalan, hanya membawa Alkitab dan bungkusan kecil. 

Gaya hidupnya yang rendah hati dan pengajarannya yang langsung menyentuh hati banyak orang. Ia kemudian mendirikan penerbitan untuk menyebarkan buku-buku rohani murah dan menulis katekismus bagi anak-anak, remaja, keluarga, dan para imam. Ia juga memajukan pendidikan iman berkelanjutan dan mendirikan perhimpunan umat untuk menopang kehidupan rohani komunitas.

 

Baca juga: Peringatan Santo dan Santa Pelindung Sabtu 25 Oktober 2025

 

Pada tahun 1849, ia mendirikan Kongregasi Misionaris Putra Hati Maria Tak Bernoda, wujud konkret dari semangat kerasulannya. Hanya beberapa bulan kemudian, ia diangkat menjadi Uskup Agung Santiago de Cuba, sebuah wilayah yang dilanda ketidakadilan, perbudakan, dan kemerosotan moral. 

Selama enam tahun pelayanannya di sana, ia mengunjungi seluruh pelosok keuskupan berkali-kali, memimpin misi-misi rakyat, menentang perdagangan budak, mendirikan sekolah dan karya sosial, memperkenalkan tarekat religius, dan bersama Santa Antonia Paris mendirikan kongregasi suster. Ia mengalami penganiayaan dan bahkan selamat dari upaya pembunuhan, tetapi semangatnya tidak pernah surut.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved