Liputan Khusus TribunFlores
Asa Perempuan Sanggar Dala Mawarani Lestarikan Lekun, Kue Tradisional Maumere di NTT
Lekun adala panganan khas masyarakat Etnis Krowe yang tersebar di wilayah Kewapante, He’o, dan Hewokloang, Sikka.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Lekun merupakan panganan khas masyarakat Etnis Krowe yang tersebar di wilayah Kewapante, He’o, dan Hewokloang, Kabupaten Sikka. Masyarakat setempat sering menyebutnya wolet (wolon let).
Kue tradisional ini memiliki cita rasa legit dengan aroma khas yang menggugah selera. Siapa pun yang mencicipinya seolah dibuat rindu untuk kembali menikmati.
Di balik kelezatannya, tersimpan kisah ketangguhan perempuan Maumere Timur yang membentuk Sanggar Dala Mawarani di RT 006, RW 003 Desa Waiara, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, melestarikan warisan kuliner leluhur.
Dari pusat Kota Maumere, jarak menuju sanggar ini sekitar 15-20 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor melewati jalur Trans Flores Maumere-Larantuka.
Baca juga: Sanggar Dala Mawarani Bikin "Lekun" Kue Khas Tradisional Maumere saat Festival Jelajah Maumere
Di tempat sederhana ini, tangan-tangan anggota Sanggar Dala Mawarani menganyam benang dan mengaduk adonan, dua tradisi leluhur menenun dan membuat lekun yang mereka rawat dengan penuh cinta agar tak punah ditelan zaman.
Membuat Lekun
Di bawah rimbun pohon kelapa, kain tenun berwarna-warni tampak rapi terbentang pada pipa bambu, sementara aroma harum adonan lekun memenuhi udara.
Tampak delapan perempuan, sebagian dari anggota sangggar, mengenakan busana khas Maumere, legen (konde), labu liman gete bermotif bunga yang disebut labu sita mitan, utan (sarung) dengan motif beragam, serta aksesoris pelengkap seperti kalar (gelang) dan ledan (kalung).
Mereka sibuk beraktivitas di bale-bale pondok sederhana. Membuat kue tradisional warisan leluhur bernama lekun, kue khas yang dibakar dalam bambu.
Beberapa perempuan ada yang mengupas dan memarut kelapa, sementara yang lain menata kain tenun ikat khas Maumere di sanggar.
Membuat lekun tidak mudah. Mereka harus menyiapkan bahan seperti beras hitam, beras putih, gula pasir, kelapa parut, serta bambu belan mitan untuk proses pembakaran di atas bara api.
Tangan-tangan keriput anggota sanggar yang sebagian berusia paruh baya dan lanjut usia tampak lincah mengerok daging kelapa setengah tua menggunakan alat tradisional bernama korong.
Sementara yang lain mencampur adonan dari tepung beras hitam, beras putih, larutan gula pasir, dan parutan kelapa hingga menjadi adonan yang lembut.
Adonan kemudian dimasukkan ke dalam bambu khusus yang disebut belan mitan. Sebelum diisi, bagian dalam bambu dioles santan kelapa sebagai pengganti mentega agar tidak lengket sekaligus memberikan aroma khas saat dibakar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.