Banjir Bandang di Mauponggo

Cerita Kepala Dusun Sawu 1 Soal Banjir Bandang Mauponggo: Dengar Teriak Minta Tolong dan Lihat Kaki

"Setelah kembali ke Desa Sawu, saya langsung ajak anak-anak muda yang duduk disitu untuk bantu tapi waktu itu

|
Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/ALBERT AQUINALDO
SAKSI MATA - Wilhelmus Albertus Dheke, Kepala Dusun Sawu 1, Desa Sawu, Kecamatan Mauponggo. 

Namun, usaha mencari sensor itupun membutuhkan perjuangan ekstra karena beberapa ruas jalan yang mereka tuju untuk mencari sensor pun sedang terjadi longsor.

Sedangkan ke arah Mauwaru, air meluap di jembatan Mauwaru. Hingga ia memutuskan untuk menuju arah timur menuju Kampung Aewore. 

Namun karena sedang terjadi banjir besar, Ia dan beberapa warga yang diajak mencari sensor memutuskan berjalan kaki hingga ke rumah yang dituju yakni di Desa Keliwatulewa dan meminta sensor.

"Setelah kembali ke Desa Sawu, saya langsung ajak anak-anak muda yang duduk disitu untuk bantu tapi waktu itu banyak yang pakai parang sedangkan kayunya besar-besar," kata Wilhelmus.

Pada saat itu, ungkap Wilhelmus, mereka belum mengetahui jumlah korban lainnya yang terjebak di dalam rumah yang berada di bantaran Kali Lowo Koke.

"Yang kami tahu waktu itu hanya bibi yang terisi minta tolong, dia tertendes kayu dan teriak kesakitan jadi kami hanya dengar suaranya dia, yang tiga orang lainnya di dalam rumah ini kami belum tahu, apakah sudah meninggal atau belum kami belum tahu," tuturnya.

Dengan peralatan seadanya dan hanya mengandalkan satu buah mesin sensor, Wilhelmus dan beberapa warga lainnya berupaya menolong perempuan yang berteriak minta tolong. 

"Waktu itu kami hanya dengar suara bibi yang teriak menjerit kesakitan karena masih tertendes kayu, kami hanya bilang bibi sabar, bibi sabar kami masih potong kayu yang besar-besar ini, bibi ini ada di sebelah atas sedangkan om yang tiga orang ini kami belum tahu waktu itu bagaimana kondisinya, om sama anaknya sama bapa mertuanya," ungkap Wilhelmus.

Setelah beberapa kayu berhasil terpotong, mereka kemudian mengevakuasi ketiga korban yang sudah tidak bernyawa lagi.

"Setelah kami selesai potong kayu dan bersihkan ranting-ranting dan material lainnya, kami lihat ada muncul kaki si om ini dan disitulah kami mulai tahu bahwa om ini sudah tidak bernyawa, itu yang namanya Om Gius bersama anaknya yang ketiga dan ibu mertuanya, setelah kami bersihkan semua kayu-kayu terus kami langsung angkat ketiga korban," tutur Wilhelmus.

Evakuasi terhadap ketiga korban banjir bandang di Desa Sawu, Kecamatan Mauponggo itu dilakukan pada Selasa (9/9/2025) dini hari WITA.

"Kami angkat pertama itu Om Gius ini, taruh diatas seng, kemudian angkat anaknya kemudian mertuanya, setelah kami angkat semua kami baru kami angkat bibi ini yang masih bernapas dan langsung diantar ke Puskesmas Mauponggo, sedangkan ketiga korban yang meninggal ini kami pindahkan ke sebuah batu besar tapi tidak lama hujan lagi besar, kilat, itu sekitar jam 4 pagi lewat," ungkap Wilhelmus.

Karena cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai petir, mereka terpaksa meletakkan ketiga mayat yang telah ditemukan di sebuah batu besar dan ditutupi seng.

"Kami langsung omong dengan almarhum, om permisi, kami menghindar sedikit, kalau sudah terang baru kami datang lagi untuk pindahkan om," tutur Wilhelmus.

Pada saat itu, ungkap Wilhelmus, ada beberapa anggota Polsek Mauponggo yang juga berada di lokasi namun hanya berdiri di sebelah jalan agak jauh dari lokasi penemuan tiga jenasah tersebut.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved