Opini

Ijon dan Tengkulak : Rantai Dosa dalam Agribisnis Desa

Praktik ijon masih membelit petani, memaksa mereka menjual hasil panen dengan harga murah sebelum dipetik. Tengkulak menawarkan solusi instan

Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/HO-PRIBADI
Aventus Purnama Dep, Mahasiswa Magister Sains Agribisnis Institut Pertanian Bogor 

 

Oleh: Aventus Purnama Dep

Mahasiswa Magister Sains Agribisnis Institut Pertanian Bogor

Praktik ijon masih membelit petani, memaksa mereka menjual hasil panen dengan harga murah sebelum dipetik. Tengkulak menawarkan solusi instan tetapi pada kenyataannya menimbulkan kerugian jangka panjang. Kondisi ini terus menggerus kesejahteraan petani dan memperlemah posisi mereka di sektor pertanian.

Fenomena ijon nyata terjadi di berbagai daerah penghasil komoditas, karena pertanian tidak hanya bernilai ekonomi. Ia juga merupakan bagian dari identitas sosial dan budaya masyarakat yang melekat kuat. Pertanian dan budaya lokal saling terhubung, sehingga dampak ijon meluas ke aspek kehidupan sehari-hari.

Petani menghadapi tantangan besar berupa harga yang fluktuatif, akses pasar yang terbatas, serta minimnya perlindungan kebijakan. Situasi ini mendorong ketergantungan mereka pada tengkulak melalui sistem ijon. Akibatnya, kerentanan struktural semakin mengakar dan sulit diputuskan dalam jangka panjang.

Ijon memang menjadi solusi sementara bagi kebutuhan modal mendesak, tetapi dampaknya merugikan. Dalam jangka panjang, praktik ini melanggengkan ketidakadilan sosial dan ekonomi yang mengikat petani. Mereka terjebak dalam lingkaran kemiskinan, sementara tengkulak terus memperkuat dominasinya di pedesaan.

 

 

Injil Katolik Hari Selasa 7 Otober 2025 Lengkap Mazmur Tanggapan

 

 

 

 

 

 

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Keserakahan Berbahasa Pejabat Publik

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved