Flores Bicara TribunFlores

Tingkat Konsumsi Ikan Tahun 2021 Kabupaten Sikka Tertinggi di Provinsi NTT

Strategi yang dilakukan untuk pemenuhan syarat administrasi bagi nelayan yakni dengan pelayanan yang responsif dan efisien.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/GG
TALKSHOW - Suasana Talkshow Flores Bicara bertajuk 'Strategi Pengembangan Usaha Perikanan di Kabupaten Sikka', Kamis 10 Maret 2022. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Gecio Viana

TRIBUNFLORES.COM, LABUAN BAJO - Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sikka, Paulus Hilarius Bangkur mengatakan, tingkat konsumsi ikan pada tahun 2021 di Kabupaten Sikka tertinggi di Provinsi NTT.

Hal tersebut disampaikannya dalam Talkshow Flores Bicara bertajuk 'Strategi Pengembangan Usaha Perikanan di Kabupaten Sikka', Kamis 10 Maret 2022.

"Tahun 2021, konsumsi (ikan) kita 62.54 kg per kapita, mungkin kita paling tinggi di NTT karena kita di atas rata-rata konsumsi ikan secara nasional yakni sebesar 58.08 kg per kapita per tahun," katanya.

Baca juga: FLORES BICARA : Yuniarta Salon dan SPA Maumere Beri Solusi Cantik dan Sehat

 

Dalam talkshow yang dipandu Agnesia Dhelti itu, Paulus menerangkan, untuk mendapatkan rata-rata konsumsi ikan menggunakan perhitungan jumlah produksi ikan per tahun dikurangi yang jumlah ikan yang keluar dari Kabupaten Sikka, lalu dibagi jumlah penduduk.

Lebih lanjut Paulus menjelaskan, nelayan di daerah itu tidak kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) berupa solar bersubsidi untuk melaut.

"Syarat untuk mendapatkannya harus ada rekomendasi dari dinas teknis yakni dinas perikanan. Titik awal usaha perikanan tangkap ada di dinas perikanan, jadi kalau kami terlambat keluarkan rekomendasi maka semua sub sistem perikanan tangkap akan terhambat mulai dari kami," jelasnya.

Strategi yang dilakukan untuk pemenuhan syarat administrasi bagi nelayan yakni dengan pelayanan yang responsif dan efisien.

"Maka pelayanan untuk surat permohonan BBM solar bersubsidi kami buka sejak pukul 06.00 Wita. Lalu untuk pelayanan untuk satu surat rekomendasi itu 3-5 menit, bahkan dibawah 5 menit itu harus selesai. Karena, saat puncak musim ikan kalau lebih dari 50 kapal meminta surat rekomendasi dan pelayanan kita lambat, maka semua akan bermasalah, sehingga di kami, kami lakukan standar pelayanan 2-3 menit sudah selesai," ujarnya.

Baca juga: FLORES BICARA: Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Kurang Mampu

Selain itu, lanjut Paulus, terdapat sebanyak 3 Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di Kabupaten Sikka yang siap membantu melayani nelayan.

"Saya pikir BBM untuk nelayan tidak bermasalah, kalau di SPBUN BBM kurang, maka kami keluarkan surat untuk membeli di SPBUN umum," katanya.

Pihaknya pun konsisten untuk memberikan pelatihan penangkapan dan penanganan hasil tangkapan karena ikan merupakan barang konsumsi yang harus sehat.

"Kalau ikan sehat maka setiap rantai penangkapan harus rantai dingin. Jadi saat dia ditangkap, harus naik di atas kapal dan posisi dingin, difilet di atas kapal dia harus cepat diberikan es dan didaratkan masuk ke unit proses atau masuk di dalam pasar rantai dingin. Itu kita latih, jadi penangkapan ikan tuna saya sendiri yang bawa nelayan kita ke Gorontalo 2003 atau 2004 dan pelajari teknologi Jepang. Kami bawa dan replikasi di sini dan sekarang berkembang begitu masif penangkapan ikan tuna," jelasnya.

Pihaknya juga secara reguler melakukan pemberdayaan nelayan demi peningkatan kemampuan untuk menangkap ikan mengolah hingga pemasaran ikan.

"Strategi kami bagaimana nelayan mengakses sumber daya dengan baik, strategi ini harus diterapkan dalam program kegiatan, sehingga untuk nelayan kita untuk meningkatkan produksi maka harus ada fasilitas penunjang dan fasilitas pokok. Kami coba membantu dan memberikan pelatihan kepada nelayan tuna. Kami berikan kapal, alat tangkap, fasilitas penampung ikan, pemerintah menyediakan es walaupun dibeli oleh nelayan. Sehingga, mutu produk kita bagus, kalau mutu bagus maka harga di tingkat nelayan juga bagus, kalau harga bagus maka pendapatan bagus," katanya.

Baca juga: FLORES BICARA : Raja Jaya Motor Maumere Bangkit di Masa Pandemi

"Lalu kami coba nelayan kita ke alat tangkap yang ramah lingkungan, nelayan banyak gunakan handline Atau pancing yang sangat ramah lingkungan. Antara produksi, pemberdayaan nelayan dan keberlanjutan harus seimbang. Kita hindari bom, potasium tidak boleh ada dan pelanggaran ilegal fishing di minimalisir caranya dengan pemberdayaan, sosialisasi kepada nelayan di Kabupaten Sikka, dan saat ini tren itu semakin maju karena dengan perkembangan informasi dan teknologi, nelayan kita menggunakan cara yang ramah lingkungan,"jelasnya.

Diakuinya, investasi dalam sektor perikanan di Kabupaten Sikka cukup tinggi, di mana terdapat sebanyak 49 perusahaan di daerah itu.

"Ada 7 perusahaan dalam bentuk PMDN atau penanaman modal dalam negeri dan sisanya pengusaha perorangan. Semua pengusaha ini tidak bawa apa-apa, mereka bawa uang dan cari tanah serta bangun perusahaan sendiri," katanya.

Untuk melakukan aktivitas usaha, para pengusaha diwajibkan untuk bermitra dengan para nelayan.

"Ikan dan kapal dari nelayan kita dengan pola partnership atau pola kemitraan. Misalnya perusahaan penampungan gurita, dia bermitra dengan pemancing gurita, demikian pun nelayan pemancing tuna, dia bermitra dengan perusahaan penampungan tuna. Dalam hal ini perusahaan wajib bermitra dengan nelayan kita. Sehingga, tidak ada konflik nelayan, karena dengan pola kemitraan. Pola ini saling menguntungkan, bahkan nelayan jadi bosnya," katanya. (Gav).

Berita Flores Bicara lainnya

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved