Aksi Tak Senonoh di Manggarai
Marak Kasus Kekerasan di Manggarai, Psikolog Sebut Sudah Tidak Ramah Anak
Menurut Jefrin, kasus kekerasan seksual yang sering terjadi di Manggarai bukan hal baru. Ini menjadi perhatian bersama.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Charles Abar
TRIBUNFLORES.COM, RUTENG - Maraknya kasus kekerasan terhadap anak di Manggarai raya menjadi perhatian berbagai kalangan termasuk Psikolog, Jefrin Haryanto.
Menurut Jefrin, kasus kekerasan seksual yang sering terjadi di Manggarai bukan hal baru. Ini menjadi perhatian bersama.
"Sejujurnya saya tidak kaget dengan kasus seperti ini, karena sudah kami perkirakan dan sudah sering kami ingatkan sejak tahun lalu,"ujar Jefrin kepada TRIBUNFLORES.COM Senin 14 Maret 2022.
Baca juga: Pesona Bukit Batu Purba di Kojadoi Sikka, Tawarkan Keindahan Alam yang Unik dan Menarik
Kata dia, berdasarkan studi Yayasan Maria Moe Peduli (YMP) sudah memperlihatkan trend ini dan sudah sering disampaikan ke publik, tapi responnya masih sporadis dan lebih cenderung aksi yang dibuat tidak berbasis akar soal.
"Kota ini sudah tidak ramah buat anak, dan itu fakta,"ujar Jefrin.
Menurut Jefrin, indeks kebahagiaan kita buruk, stress sosial tinggi, pola asuh ada pada level buruk. Dilain sisi respon terhadap situasi ini masih sebatas selebratif dan kebanyakan tagline.
"Respon kita mohon maaf masih selebratif dan kebanyakan taqline, kita sibuk dengan label sekolah ramah anak, kota layak anak, paroki layak anak dan ironisnya angka kekerasan pada anak menaik," ungkap peneliti senior di YMP ini.
Jefrin menilai pendekatan kita lakukan selama ini masih pada tataran artifisial, tidak menyentuh soal dan cenderung elitis.
Baca juga: Cerita Korban Kasus Pencurian di Sikka, Motor Hilang saat Istri Sedang Hamil
"Secara konseptual mungkin pemerintah punya, tapi kita lemah dieksekusi. Kita gagal menerjemahkan soal, kalau mau dikatakan sebenarnya kita tidak tahu soal,"ujar dia.
Sementara terkait kasus yang terjadi di Rahong Utara Jefrin ingatkan agar fokus pada korban dahulu. Jangan sampai karena fokus mengurus pelaku dan mengabaikan korban.
"Ingat dihukum matipun pelakunya tidak akan bisa menyembuhkan korban. Dampingan psikolog untuk anak menjadi keharusan. Reaksi dan treatment yang salah pada korban akan justru memperparah kondisi psikologisnya,"imbuhnya.
Pemerintah diharapkan segera menyadari bahwa kondisi ini sudah darurat dan tidak bisa dengan langkah biasa-biasa saja, harus dengan pendekatan ektraordinari.
Bila perlu pemerintah membenntuk satgas khusus soal ini dan libatkan banyak pihak dan ahli yang mumpuni.