AIWW di Labuan Bajo
Wapres RI Ma'ruf Amin Harap AIWW Ada Terobosan Atasi Persoalan Air Bersih di Asia Pasifik
"Saya berharap dari Asia International Water Week ke-2 ini dapat menghasilkan terobosan untuk mengatasi permasalahan air di kawasan kita," katanya.
"Kompleksnya pengelolaan sumber daya air memerlukan pendekatan berbagai pendekatan dan kebijakan yang melibatkan multi sektoral dan instansi, alokasi dana nasional, dan pengambilan keputusan kolektif," tegasnya.
Menurut Wapres, secara kolektif semua pihak memiliki kesamaan visi yakni ketersediaan air bersih yang cukup untuk semua, untuk itu Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mengelola pemanfaatan air secara berkelanjutan.
Wapres menuturkan, berbagai program telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk mewujudkan mimpi tersedianya akses bersih yang cukup, antara lain membangun 61 bendungan selama periode 2015 hingga 2025, untuk mengoptimalkan pemanfaatan air.
Selanjutnya, secara konsisten memanfaatkan potensi air sebagai pembangkit listrik dan floating solar dalam rangka menciptakan energi yang bersih untuk lingkungan.
Pemerintah Indonesia juga membangun 1000 bendungan kecil atau embung, serta fasilitas lainnya untuk mendukung irigasi yang akan menyokong ketahanan pangan.
Selain itu, pemerintah juga mendorong pengelolaan air secara berkelanjutan, melalui manajemen pengelolaan air terintegrasi.
"Dan yang tidak kalah penting, meningkatkan akses terhadap air bersih bagi rumah tangga. Data BPS menunjukkan bahwa tahun 2014 akses rumah tangga terhadap air bersih sebesar 68 persen kemudian meningkat hingga 90 persen pada tahun 2020," jelasnya.
Baca juga: Pesona Jembatan Batu Desa Kojadoi di Sikka
Selain itu, Wapres juga mengatakan air merupakan sumber daya yang sangat mendasar untuk menopang kehidupan dan penentu tercapainya pembangunan ekonomi dan sosial berkelanjutan
Seiring pertumbuhan penduduk dan ekspansi ekonomi yang sangat cepat selama beberapa dekade terakhir, lanjut Wapres, penggunaan air di abad 21 meningkat lebih dari 2 kali lipat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk akibatnya terjadi kesenjangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air.
"Hal tersebut mengakibatkan krisis air di sejumlah wilayah di dunia. Kalipun 71 persen bumi ditutup air, hanya sekitar 13 persen air tawar yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi lebih dari 7 milyar manusia. Sekitar 2 per tiga dari jumlah penduduk dari jumlah populasi dunia, mengalami kelangkaan yang parah, setidaknya dalam satu bulan setiap tahun," katanya.
Selain itu, kata Wapres, lebih dari 2 milyar orang hidup di negara yang ketersediaan airnya tidak mencukupi. Diperkirakan tahun 2025, setengah dari populasi dunia akan mengalami kelangkaan air.
"Tahun 2030 sekitar 700 orang dapat mengungsi karena kelangkaan air lebih lanjut
UNICEF menyebut pada tahun 2040, kira-kira 1 dari 4 anak di seluruh dunia, Akan tinggal di daerah yang tingkat kesulitan airnya sangat tinggi," katanya.
Baca juga: Kunjungi Labuan Bajo, Airlangga Serukan Menang Pilpres,Pileg dan Pilkada
Sebagai rumah bagi 60 persen populasi dunia, kawasan Asia Pasifik hanya memiliki 36 persen sumber daya air dunia Sehingga ketersediaan air per kapita terendah di dunia Masalah tersebut diperparah dengan tingkat pencemaran air yang tinggi dengan lebih dari 80 persen air limbah yang dihasilkan di negara-negara berkembang di kawasan tidak diolah
"Hal krusial lain adalah pengambilan air tawar yang tidak berkelanjutan, melebihi setengah dari ketersediaan air, sementara dari hasil penelitian menunjukkan penggunaan air tanah akan meningkat 30 persen pada tahun 2050," katanya. (*).