Berita Lembata

Air Mata Warga Ile Ape Belum Kering

Genap setahun banjir dan longsor meluluhlantakan sejumlah desa di lereng gunung Ile Lewotolok, Kabupaten Lembata, Sabtu malam 4 April 2021.

Editor: Egy Moa
TRIBUN FLORES.COM/RICKO WAWO
Warga Desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape meratapi kepergian korban bencana banjir dan longsor dalam peringatan, Senin 4 April 2022. 

Warga Desa Waimatan juga sudah membahas rencana untuk membangun tugu peringatan bencana pada 4 April 2021 . 

Romo Kristo Soge, berpesan kepada para umatnya untuk bangkit dan tidak lama tenggelam dalam kedukaan. Menurut dia, orang Waimatan tidak mungkin sendiri melewati semua ini. “Dengan peristiwa ini, kita semua ada bersama. Dalam kehidupan ke depan kita bangun kerja sama yang baik,” ujarnya.

Kepala Desa Waimatan, Onesimus Sili Betekeneng mengucapkan terima kasih berlimpah kepada semua pihak yang terlibat sejak proses evakuasi korban hingga penanganan bencana setelahnya.

Baca juga: Sisa Masa Jabatan Dua Bulan, Bupati Lembata Fokus Rampungkan Dana PEN

Camat Ile Ape Timur, Niko Watun bersama sejumlah stafnya juga hadir dalam acara peringatan bencana di Waimatan.

Masih Tinggal di Pondok

Para penyintas yang kehilangan rumah masih tinggal di pondok-pondok di kebun mereka, selain di rumah keluarga. Mereka masih menunggu rumah baru yang dibangun pemerintah pusat di tiga lahan relokasi yakni Podu, Waesesa dan Tanah Merah.

Pemerintah pusat mendirikan 700 unit rumah di Kabupaten Lembata untuk para penyintas. Rinciannya, di Waesesa sebanyak 173 unit, 233 unit di Podu dan 294 unit di Tanah Merah. Semua lahan relokasi masih ada di wilayah Kecamatan Ile Ape.

Pemerintah juga mendirikan 300 unit rumah di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur. Proyek di Lembata dan Adonara tersebut dikerjakan oleh PT Adhi Karya.

Baca juga: Sopir Ambulans di Lembata Kerja Bertahun-tahun Belum Dapat SK Tenaga Kontrak

Project Construction Manajer (PCM) M Yoling mengatakan secara umum progres pengerjaan rumah relokasi di Lembata sudah 94 persen. Dirinya juga sudah berkoordinasi dengan kepala desa supaya warga yang tinggal di pondok pindah ke kompleks perumahan Waesesa. Oleh sebab itu, sejak seminggu yang lalu, warga sudah mulai membersihkan rumah baru mereka untuk ditempati.

Menurut dia, manajemen PT Adhi Karya memberikan perhatian yang besar kepada pengerjaan rumah relokasi di Lembata dan Flores Timur. Tiga komisaris PT Adhi Karya juga sudah berkunjung ke Lembata. Itu menunjukkan bentuk keseriusan manajemen perusahaan untuk menyelesaikan proyek relokasi perumahan tersebut. Pihaknya berupaya supaya penyintas tidak terlalu lama tinggal di tempat pengungsian.

“Lebih cepat lebih bagus, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya,” kata dia.

Menurut Yoling, setelah warga menempati rumah baru mereka, manajemen perusahaan masih punya tanggungjawab perawatan selama enam bulan.

Baca juga: Anak Tujuh Tahun di Bakan Lembata Hanyut Dibawah Banjir

Dia menyebutkan pembangunan rumah relokasi dikerjakan secara padat karya baik material dan sumber daya manusia. Sebanyak 80 persen pekerja di Waesesa merupakan tenaga lokal.

 Yoling mengakui pembangunan sempat terhambat pandemi Covid-19 dan kebijakan lockdown akibat pandemi tahun lalu. Dampaknya saat itu, mobilisasi pekerja dan material dari Pulai Jawa terhambat.

Koordinator Logistik Caritas Keuskupan Larantuka, Romo Kristo Soge menyebutkan Caritas sebagai lembaga kemanusiaan gereja Katolik juga sedang mendirikan 125 unit rumah untuk warga dari desa Lamagute. Meski tidak terdampak langsung, pemerintah telah berencana untuk merelokasi desa Lamagute. Sebab itu, gereja membantu pemerintah untuk menyiapkan perumahan bagi warga Lamagute. 

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved