Berita Nagekeo
Tradisi Etu Nagekeo Didorong Masuk Event Nasional, Edy: Jadikan Healing Event
Tinju Etu sendiri biasanya dilakukan kaum laki-laki masyarakat adat di Kabupaten Nagekeo dan Ngada, Flores, NTT.
Tinju Etu merupakan sebuah atraksi budaya sebagai salah satu rangkaian acara adat untuk memeringati hari menanam hingga panen kebun.
Baca juga: IRT Tewas Usai Dianiaya Gunakan Sajam, Ini Penjelasan Polisi
Biasanya, tinju Etu dilakukan setiap tahunnya pada kampung-kampung tertentu.
Selain itu, Tinju Etu juga merupakan bagian integral dalam rangkaian adat Nagekeo dan Ngada yang sudah berlangsung berabad-abad.
Tinju Etu juga merupakan bagian dari ritual adat lainnya yang wajib dilaksanakan di tempat tertentu, yaitu Kisa Nata atau alun-alun dan rumah adat atau sa'o waja.
Kedua tempat itu merupakan pusat dari aktivitas adat dan kebudayaan masyarakat Nagekeo dan Ngada.
Wisatawan bisa mengikuti rangkaian atraksi budaya itu, bahkan sejak sehari sebelumnya.
Ada serangkaian acara menarik yang diselenggarakan, seperti pertunjukkan seni musik dan tari dero.
Pada hari bertarung tiba, wisatawan akan melihat para petarung terbaik mewakili masing-masing desa.
Bukan sekadar bertinju, Etu hanya menggunakan satu tangan yang dibalut sarung tinju dari sabut kelapa Jika kamu berpikir Tinju Etu sama seperti tinju pada umumnya, kamu akan dikejutkan ketika melihat pemandangan yang berbeda.
Baca juga: Mahasiswa Tujuh Perguruan Tinggi Goyang Kota Kupang Hari Ini
Tinju Etu memang tak seperti tinju pada umumnya.
Para petarungnya hanya boleh menggunakan satu tangan yang dibalut sarung tinju terbuat dari sabut kelapa atau dalam bahasa setempat disebut Keppo atau Wholet.
Sarung tangan itu dililitkan ke tangan petarung.
Tangan satunya tak dilindungi sarung tinju dan hanya boleh digunakan untuk menangkis serangan.
Tak ada batasan waktu, dan tetap ada wasit meski ada beberapa hal yang berbeda seperti tinju pada umumnya, Tinju Etu tetap menggunakan wasit, bahkan lebih dari satu.
Ada tiga wasit yang disebut seka dalam pertarungan.