Gegara Tak Miliki Ponsel dan Seragam, Guru Larang Ikut Ujian hingga Usir Murid SD Anak Piatu
Tak selang lama, wali kelas masuk. Rupanya, baru kali ini Musdalifah ke sekolah setelah dibukanya pembelajaran tatap muka.
Saat keluar kelas, ia di-bully oleh murid lain dengan teriakan.
Murid itu berjalan menuju pinggir jalan depan sekolah, lalu menangis sambil memeluk tasnya.
2. Tak punya ponsel dan seragam
Sesak Musdalifah dan adiknya Merlin (9) merupakan anak piatu.
Keduanya ditinggal ibunya sejak tiga tahun lalu.
Sementara ayahnya dipenjara karena terjerat kasus pidana.
Akhirnya, dia dan adiknya tinggal bersama tantenya Siti Manuwatah (37) di sebuah rumah kayu sederhana di Jalan Pangeran Bendahara Gang Pertenunan RT 02 Kelurahan Tenun, Kecamatan Samarinda Seberang.
Siti punya empat anak. Ditambah dua Musdalifah dan adiknya, sehingga dia merawat enam anak di rumah tersebut bersama suaminya.
Baca juga: Istri Bersaksi untuk Suami Membunuh Selingkuhan dan Anaknya di PN Kupang
Pekerjaan suaminya hanya serabutan. Saat belajar online, Musdalifah awalnya menggunakan sebuah ponsel bekas.
Karena sering error, dia selalu ketinggalan pelajaran.
"Dia punya HP. Tapi sering error. Mati hidup mati hidup saat belajar online sampai rusak, enggak bisa pakai lagi," kata Siti.
Selama itu pula, keponakannya tak bisa belajar online karena tak ada ponsel.
Siti mengaku tak punya uang untuk membeli yang baru. Lebih kurang setahun berjalan, saat pembelajaran tatap muka dibuka, giliran seragam sekolah Musdalifah yang kekecilan.
Badannya makin besar sehingga seragamnya sesak. Harus diganti, tapi Siti tak punya uang. Karena tak ada seragam, Musdalifah tak ke sekolah.
Siti berusaha mencari seragam bekas tetangga, tapi tak ada. Akhirnya informasi itu tersebar hingga murid itu mendapat bantuan seragam dari para relawan sosial di Samarinda.